Liputan6.com, Jakarta Rasa ingin tahu yang besar membuat BJ Habibie akrab dengan buku. Saking gemarnya membaca buku, Presiden ke-3 RI ini mengaku sering gagap ketika berbicara dengan orang.
Kebiasaan membaca buku itu diperkenalkan oleh sang ayah, Alwi Abdul Djalil Habibie. Semasa kecil, BJ Habibie sudah sangat kritis. Dia kerap menanyakan berbagai hal pada orangtuanya, terutama ayah.
Advertisement
Alwi Habibie selalu berusaha menjawab pertanyaan putranya sebaik-baiknya dengan bahasa yang mudah dipahami. Namun, kesibukannya sebagai landbouwconsulent atau setara dengan Kepala Dinas Pertanian di Parepare Sulawesi Selatan membuatnya tak selalu bisa memuaskan rasa ingin tahu Habibie cilik. Alwi pun mengajari Habibie mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaannya melalui buku.
Mengutip laman Sahabatkeluarga Kemdikbud, Alwi membelikan Habibie bermacam-macam buku. Hal itu mendorong pria bernama lengkap Bacharuddin Jusuf Habibie lancar membaca pada usia 4. Dia rajin melahap buku-buku yang disediakan sang ayah, mulai dari ensiklopedia hingga buku cerita.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Buku favorit
Habibie menuturkan bahwa dia dibelikan buku karena sulit berbahasa Bugis, Jawa, atau Melayu dan rewel bila pertanyaan-pertanyaannya tak mendapat jawaban.
"Saya dibelikan buku karena saya sering merasa rewel kalau tidak mendapat jawaban sesuai kehendak saya. Saat kecil, saya susah berbahasa Bugis, Jawa, Melayu, saya lebih lancar bahasa Belanda karena sekolah di HBS (Hoogere Burgerschool atau sekolah lanjutan tingkat pertama)," jelasnya.
Kegemaran membaca buku terus melekat dalam kesehariannya. Namun, buku yang paling berkesan dan menjadi favoritnya adalah Mengelilingi Dunia Dalam 80 Hari karya Jules Verne. Itu adalah buku pertama yang dibelikan ayahnya.
"Sejak kecil, saya selalu banyak bertanyaa. Lalu suatu hari, ayah saya membelikan saya sebuah buku karya Jules Verne dalam Bahasa Belanda," ujar BJ Habibie saat peluncuran biografinya Rudy, Kisah Masa Muda Sang Visioner, jelang penghujung 2015 lalu, mengutip laman Antara.
Tapi rupanya buku itu pun memicu rasa ingin tahu Habibie cilik dan tetap bertanya pada sang ayah. Dia penasaran, bagaimana orang bisa berkeliling dunia dalam waktu 80 hari saja?
"Ayah saya menjawab, pakai balon. Saat itu balon adalah barang yang langka di Indonesia. Saya kemudian bertanya-tanya balon itu seperti apa. Ayah menjelaskan, balon itu bulat, lalu ada tekanan udaranya dan segala macam. Saya pun cerita pada kawan-kawan saya di sekolah," katanya.
Advertisement
Perpustakaan Habibie & Ainun
Begitu senangnya membaca, Habibie mengaku lebih senang melahap habis buku ketimbang bermain seperti teman-temannya. Bahkan dia punya kebiasaan tidur hanya empat jam sehari.
Bagi Habibie, buku-buku adalah istananya. "Buku-buku adalah istana saya. Karena saya jarang bicara, saya jadi gagap kalau ngomong sama orang."
Beruntung dia mendapat pasangan, Hasri Ainun Besari, yang juga memiliki kegemaran yang sama. Sebuah perpustakaan pribadi yang diberi nama Perpustakaan Habibie & Ainun menjadi salah satu bagian penting hunian mereka di kawasan Kuningan, Jakarta.
Ainun sendiri yang merancang perwajahan perpustakaan itu. Tampak luas dan megah dengan bahan utama kayu, Perpustakaan Habibie & Ainun disebut menampung sekitar 5.000 koleksi buku.