In Memoriam, Mengenang Hubungan Erat BJ Habibie dengan Jerman

Napak tilas hubungan BJ Habibie dengan Jerman semasa hidupnya.

Oleh DW.com diperbarui 12 Sep 2019, 13:30 WIB
BJ Habibie bersama Duta Besar Jerman untuk Indonesia Norbert Baas dan Wakilnya Heidrun Tempel, saat peringatan 20 tahun penyatuan Jerman di Jakarta. (Antara)

Berlin - Presiden ke-3 Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie atau akrab disebut BJ Habibie meninggal dunia pada Rabu 11 September 2019, sekitar pukul 18.05 WIB di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta.

Semasa hidupnya, negarawan yang dijuluki Bapak Teknologi ini memiliki hubungan erat dengan Jerman.

Habibie muda pernah menuntut ilmu di Sekolah Menengah Atas Kristen Dago. Ia kemudian belajar tentang keilmuan teknik mesin di Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung (sekarang Institut Teknologi Bandung) pada 1954.

Pada 1955 hingga 1965, Habibie melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat, di Rheinisc Westfälische Technische Hochschule (RWTH) Aachen, Jerman Barat. Ini adalah universitas teknik terbaik di Jerman.

Ia menerima gelar Diplom Ingenieur pada 1960 dan gelar Doktor Ingenieur pada 1965 dengan predikat summa cum laude (dengan kehormatan tertinggi, IPK 3,8 ke atas).

Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman. Pada tahun 1973, ia kembali ke Indonesia atas permintaan mantan presiden Soeharto.

Di lingkungan ahli aeronautic, aerospace, industri kapal terbang, dan ilmuwan internasional, BJ Habibiedijuluki Mr. Crack, yang merupakan penghormatan para ahli atas temuannya: menghitung crack propagation on random sampai ke atom-atomnya, yang menjadi penyebab keretakan di badan pesawat, terutama sayap.

Temuannya tersebut berawal dari jatuhnya Fokker 28 (pesawat jet penumpang sipil jarak pendek yang diproduksi Fokker, perusahaan Belanda) dan pesawat tempur Jerman, Starfighter F-104 G. Kasus itu menimbulkan kehebohan karena tak ada yang tahu penyebabnya.

Departemen Pertahanan Jerman kala itu menantang para ahli mencari penyebabnya. Habibie, yang saat itu bekerja di perusahaan penerbangan Hamburger Flugzeugbau (HFB), Jerman, berhasil menemukannya.

Berikut 5 potret napak tilas BJ Habibie dengan Jerman, dikutip dari DW Indonesia, Kamis (12/9/2019).

Saksikan video pilihan di bawah ini:


1. Kuliah S3 di Jerman

BJ Habibie di Münster, Jerman, bersama Dubes Indonesia ketika itu (2016), Fauzi Bowo (paling kanan). (DW / A. Purwaningsih)

BJ Habibie mendapat gelar Diplom Ingenieur (Insinyur) dari universitas teknik Jerman, RWTH Aachen, tahun 1960. Tahun 1965, ia mempertahankan disertasi di bidang teknik dirgantara, dan mendapat gelar Doktor Ingenieur, yaitu doktor di bidang teknik. Hingga usia lanjut, BJ Habibie tetap berhubungan erat dengan Jerman.


2. Tetap Aktif Meski Tak Lagi Berpolitik

BJ Habibie hadir di Global Media Forum tahun 2012. (DW / K. Danetzki)

Tahun 2012, BJ Habibie hadir di Global Media Forum. Ini adalah konferensi internasional yang diselenggarakan setiap tahun oleh Deutsche Welle (DW).

Kepada DW, BJ Habibie pernah menyatakan bahwa peluang mendapatkan pendidikan sekolah harus diberikan kepada semua warga tanpa pandang bulu.


3. Bersahabat dengan Kanselir Jerman

BJ Habibie, yang saat itu menjabat wakil presiden Indonesia, bertemu Helmut Kohl, yang saat itu sebagai kepala pemerintahan Jerman, di London pada awal Mei 1998. Tiga minggu kemudian, Habibie menjadi presiden. (dandc.eu)

Pada foto di atas, tampak BJ Habibie (ketika menjabat aakil presiden Indonesia) sedang berjabat tangan dengan Kanselir Jerman, Helmut Kohl. Mereka mengadakan pembicaraan di sela-sela KTT ASEM II di London tahun 1998.

Di mata Habibie, Kohl bukan cuma seorang pemimpin Negeri Bavaria. Habibie bercerita, Kohl dan dirinya merupakan seorang sahabat. Mereka kerap berbagi cerita. Saat Habibie ke Jerman, ia kerap menyempatkan mengunjungi Kohl.

"Saya ketemu Kohl setiap kali ke Jerman, saat saya punya waktu dan dia tidak sedang sakit," ucap Habibie, di kantor Kedutaan Jerman di Jakarta, Rabu, 20 Juni 2017.

Menurut Habibie, Kohl adalah sosok yang unik. Tak seperti Kepala Negara Jerman yang lain, Kohl enggan berbicara bahasa Inggris dalam forum resmi. Ia selalu lebih memilih berbicara dalam bahasa Jerman.

Selain itu, mereka berdua punya kesamaan, yaitu sangat mencintai istri masing-masing. Menurut Habibie, Kohl sangat terpukul saat kehilangan sang istri. Perasaan tersebut juga pernah dirasakan oleh Habibie.

Kohl sudah mengembuskan nafas terakhirnya terlebih dahulu sebelum Habibie, yaitu pada 16 Juni 2017 di rumahnya di Oggersheim, Ludwigshafen, Jerman, karena penurunan kesehatan parah sejak 2008. 

Kohl memimpin Jerman selama 16 tahun, pada periode 1982 hingga 1998. Dia dikenal sebagai sosok yang menyatukan Jerman Timur dan Barat setelah runtuhnya Tembok Berlin.


4. Wawancara Bersama Media Jerman

BJ Habibie diwawancara redaktur DW Indonesia Asril Ridwan, 29 Januari 1995. (DW)

"Pembangunan yang akan mengandalkan sumber daya manusia tak boleh dibatasi hanya untuk pegawai negeri," demikian ditandaskan BJ Habibie dalam wawancara dengan Deutsche Welle tahun 2012.

Ia mengatakan, semua rakyat Indonesia berhak mengenyam pendidikan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya