Liputan6.com, Pekanbaru - Dunia pendidikan di Kota Pekanbaru masih lumpuh karena kabut asap hasil kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Libur sekolah diperpanjang lagi hingga Jum'at, 13 September 2019, karena kualitas udara terus memburuk.
Libur sekolah karena kabut asap ini diperkirakan bisa diperpanjang lagi. Pasalnya sejumlah wilayah di Riau masih membara dan terus memproduksi asap serta karbondioksida.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Kepala Bagian Humas Pemko Pekanbaru, Mas Irba Sulaiman, pertimbangan memperpanjang libur sekolah dari TK hingga SMA sederajat ini adalah laporan dari Dinas Lingkungan Hidup dan Keberhasilan (DLHK).
"Melalui kepala labor, kondisi cuaca PM10 naik menjadi 118 kategori tidak sehat. Kemarin, PM10 berada 111," kata Irba kepada wartawan, Kamis pagi (12/9/2019).
Pertimbangan lainnya, tambah Irba, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru menyebut angin masih mengarahkan ke Pekanbaru. Tiupan angin ini berpotensi membawa partikel debu dan asap hasil kebakaran lahan ke ibu kota Riau ini.
Angin bergerak ke Pekanbaru diperkirakan berlangsung dua hari. Sementara dua hari kedepan itu, kondisi cuaca di Riau masih diprakirakan kering dan minim hujan yang membuat lahan mudah terbakar.
"Kondisi ini diperkirakan memperburuk kondisi udara di Pekanbaru," Irba.
Namun jika kabut asap menghilang atau kondisi cuaca membaik menjelang Jum'at itu, Irba menyatakan semua sekolah di Pekanbaru aktif lagi. Pihak sekolah sudah diperintahkan memberi tahu wali murid jika udara membaik.
Untuk pelajaran peserta didik selama libur karena kabut asap, Irba menyebut tidak perlu khawatir. Setiap sekolah sudah diperintahkan memberi tugas tambahan selama peserta didik di rumah.
"Orang tua juga sudah dihimbau melarang anaknya keluar, kalaupun beraktivitas di luar diharap memakai masker," imbuh Irba.
Peringatan Dini Waspada Kabut Asap
Sementara itu, BMKG Pekanbaru mengeluarkan peringatan dini terkait kabut asap hasil Karhutla. Masyarakat diminta waspada terhadap penurunan kualitas udara dan jarak pandang karena peningkatan polusi.
Menurut Kasi Data dan Informasi BMKG, Marzuki, potensi udara diselimuti kabut asap diprediksi berlangsung beberapa hari kedepan. Pasalnya curah hujan di Riau sejak pagi hingga dini hari Jum'at, 13 September 2019, tidak ada.
"Cuaca di Riau cerah hingga berawan dan berpotensi kabur karena partikel kering dari asap," kata Marzuki.
Berdasarkan pantauan satelit yang digunakan BMKG, ada 9 kabupaten dan kota di Riau memproduksi asap karena terdeteksi ratusan titik panas sebagai indikasi Karhutla.
Marzuki menjelaskan, di Riau ada 279 titik panas pada Kamis pagi. Titik panas ini tersebar di Bengkalis 6 titik, Kampar 7, Kuantan Singingi 14 dan Pelalawan 50 dan Rokan Hilir 31 titik.
"Berikutnya di Rokan Hulu 3, Siak 1, Indragiri Hilir 141 titik dan Indragiri Hulu 26 titik panas," kata Marzuki.
Dari 279 titik panas di Riau, Marzuki menyatakan ada 177 titik api atau telah terjadi kebakaran lahan dengan level kepercayaan di atas 70 persen. Ratusan titik api itu tersebar di 8 kabupaten.
"Paling banyak di Indragiri Hilir 99 titik, Pelalawan 33, Rokan Hilir 17 titik, Indragiri Hulu 12 titik, Kuantan Singingi 10 titik, Kampar 3 titik, Rokan Hulu 2 titik dan Bengkalis 1 titik," kata Marzuki.
Advertisement