Mengenal PT PAL Indonesia, Industri Galangan Kapal di Surabaya

Presiden ke-3 RI Bacharuddin Jusuf Habibie (BJ Habibie) turut berperan dalam mengembangkan PT PAL Indonesia.

oleh Liputan Enam diperbarui 13 Sep 2019, 06:00 WIB
Kapal perang angkut tersebut mampu mengangkut 500 personel sekali berlayar dan satu helikopter. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia menyimpan potensi ekonomi yang tinggi mengingat kondisi dan luas wilayah. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dan memiliki garis pantai terpanjang di dunia.

Terkait hal itu Indonesia membutuhkan strategi pertahanan yang solid dan berintegrasi. Salah satu untuk memenuhi hal tersebut dengan membangun industri terutama memproduksi alat utama sistem pertahanan Indonesia terutama matra laut.

PT PAL Indonesia, salah satu industri strategis yang memproduksi alat utama sistem pertahanan Indonesia. Keberadaan PT PAL Indonesia ini pun mendukung pengembangan industri kelautan nasional.

Namun, tahukah Anda, mantan presiden ke-3 RI BJ Habibie juga turut berperan dalam memajukan PT PAL Indonesia? BJ Habibie pernah menjadi Direktur Utama PT PAL Indonesia pada 1980-1998.

"Habibie mempunyai jasa besar bagi Surabaya, khususnya memperkuat industri pertahanan matra laut dengan membesarkan PT PAL," kata Ketua DPRD Surabaya, Adi Sutarwijono yang kerap disapa Awi, dikutip dari Antara.

Lalu, bagaimana cerita awal mula terjadinya pendirian PT PAL Indonesia? Berikut ini, Liputan6.com melusuri dari laman pal.co.id.

Perusahaan ini bermula dari sebuah galangan kapal bernama Marine Establishment (ME). Pemerintah Belanda meresmikan perusahaan itu pada 1939. Kemudian perusahaan berganti nama menjadi Kaigun SE 2124 pada masa pendudukan Jepang.

Pemerintah Indonesia pun menasionalisasikan perusahaan ini setelah kemerdekaan. PT PAL Indonesia pun berubah nama menjadi Penataran Angkutan Laut (PAL). Pada 15 April 1980, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1980, status perusahaan PT PAL Indonesia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


PT PAL Indonesia

Ilustrasi kapal (iStock)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1980, status perusahaan PT PAL Indonesia (Persero) berubah dari yang sebelumnya adalah Perusahaan Umum kini menjadi Perseroan Terbatas. Hal itu berlangsung pada 15 April 1980.

Mengutip instagram @ptpal_indonesia, Presiden ke-3 RI, BJ Habibie pun pernah berkarya di PT PAL Indonesia. BJ Habibie menjadi peletak dasar-dasar industri maritim yang mandiri dan menjadi kebanggaan nasional.

BJ Habbie membangun infrastruktur utama yang dimiliki PT PAL Indonesia (Persero) seperti Dok Semarang. Selain itu, pria kelahiran Pare-Pare ini menjadi tokoh penting dalam alih teknologi Kapal Perang FPB 57 dari Lurssen Shipyard Jerman yang merupakan cikal bakal Kapal Cepat Rudal (60M).

Setelah pemerintah mengeluarkan peraturan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang industri pertahanan di mana Badan Usaha Milik Negara (BUMN) strategis memberi ruang yang lebih luas, maka di sinilah kedudukan PT PAL Indonesia (Persero) semakin kuat.

Bersumber pada Undang-Undang tersebut, PT PAL Indonesia (Persero) secara profesional mengemban amanah sekaligus kewajiban untuk berperan aktif dalam mendukung pemenuhan kebutuhan alutista matra laut. Selain itu, perseroan juga berperan sebagai pemandu utama (lead integrator) matra laut.

Selanjutnya, PT PAL Indonesia (Persero) yang berada di Ujung, Surabaya, Jawa Timur memiliki kegiatan bisnis utama di antaranya memproduksi kapal perang dan kapal niaga, memberikan jasa perbaikan dan pemeliharaan kapal, serta rekayasa umum dengan spesifikasi tertentu berdasarkan kebutuhan klien.

Kemampuan dan kualitas rancang bangun dari PT PAL Indonesia (Persero) telah diakui di pasar internasional. Kapal-kapal produksi PT PAL Indonesia (Persero) telah melayari perairan internasional di seluruh dunia.

 

 


Bangun Kapal Rumah Sakit hingga Kapal Selam

Kapal selam Diesel Electric Submarine U20911400 produksi PT PAL Surabaya, yang diberi nama KRI AIugoro-4OS.

Perseroan mengembangkan produk kapal niaga untuk pasar dalam negeri dan luar negeri. Saat ini, fokus pengembangan untuk mendukung model-model industri pelayaran nasional dan perintis bagi penumpang dan kargo, serta mengembangkan kemampuan untuk pembangunan kapal LPG/LNG Carrier.

Kapasitas produksi saat ini mencapai 1.600 ton per bulan atau setara tiga unit kapal per tahun, dua kapal tanker 30.000 DWT dan satu kapal tanker 17.500 DWT.

Selain itu, perseroan juga menguasai teknologi produksi canggih hingga mampu dan berpengalaman memproduksi kapal bulk carrier (bulker) hingga bobot 50.000 DWT, kapal kontainer hingga 1.600 TEUS, kapal tanker hingga 30.000 DWT, kapal AHTS hingga 5.400 BHP kapal ikan tuna long line 60 GT kapal penumpang hingga 500 PAX. Sementara itu, produksi yang dikembangkan kapal kontainer hingga 2.600 TEUS, dan kapal chemical tanker hingga 24.000 LTDW.

Perseroan juga memenuhi kapal perang dan kapal negara sesuai pesanan antara lain dari Kementerian Pertahanan, Kepolisian RI, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan, dan otonomi daerah maupun swasta serta pesanan luar negeri.

Produk jasa harkan kapal maupun nonkapal meliputi jasa pemeliharaan dan perbaikan kapal hingga tingkat depo dengan kapasitas docking 894.000 DWT per tahun.

Perseroan juga telah menguasai teknologi produksi komponen pendukung industri pembangkit tenaga listrik dan konstruksi lepas pantai. Kemampuan ini akan terus ditingkatkan hingga taraf kemampuan modular dan EPCIC.

Baru-baru ini, perseroan juga membantu menggarap proyek pengerjaan kapal bantu rumah sakit untuk memenuhi pesanan TNI AL. Kapal ini berfungsi seperti rumah sakit terapung yang memiliki fasilitas poliklinik, unit gawat darurat, fasilitas operasi, rawat inap, dan beberapa fasilitas kesehatan lainnya.

Perseroan bersama Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) Korea Selatan juga akan kembali membangun tiga kapal selam untuk memenuhi Minimum Essential Force (MEF).

 

(Wiwin Fitriyani, mahasiswi Universitas Tarumanagara)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya