Seorang anak pengungsi Rohingya berjalan membawa rantang selama musim hujan di kamp pengungsi Kutupalong, Ukhia (12/9/2019). Kamp ini adalah salah satu dari dua kamp pengungsi yang dikelola pemerintah di Cox's Bazar, kamp yang satunya lagi adalah kamp pengungsi Nayapara. (AFP Photo/Munir Uz Zaman)
Dua anak pengungsi Rohingya berjalan menggunakan payung saat hujan di kamp pengungsi Kutupalong, Ukhia (12/9/2019). Kamp ini didirikan secara tidak resmi pada tahun 1991, setelah ribuan orang Rohingya melarikan diri dari Operasi Pyi Thaya yang dilancarkan militer Burma. (AFP Photo/Munir Uz Zaman)
Dua anak perempuan pengungsi Rohingyah menjual pisang selama musim hujan di kamp pengungsi Kutupalong di Ukhia (12/9/2019). Kamp pengungsi Kutupalong dan Nayapara memiliki populasi sekitar 34.000 pengungsi yang terdaftar pada Juli 2017. (AFP Photo/Munir Uz Zaman)
Dua anak perempuan pengungsi Rohingyah menjual tebu musim hujan di kamp pengungsi Kutupalong di Ukhia (12/9/2019). Kamp ini adalah salah satu dari dua kamp pengungsi yang dikelola pemerintah di Cox's Bazar, kamp yang satunya lagi adalah kamp pengungsi Nayapara. (AFP Photo/Munir Uz Zaman)
Seorang anak pengungsi Rohingya berjalan menggunakan payung saat hujan di kamp pengungsi Kutupalong, Ukhia (12/9/2019). Kamp ini didirikan secara tidak resmi pada tahun 1991, setelah ribuan orang Rohingya melarikan diri dari Operasi Pyi Thaya yang dilancarkan militer Burma. (AFP Photo/Munir Uz Zaman
Seorang anak pengungsi Rohingyah menjual timun selama musim hujan di kamp pengungsi Kutupalong di Ukhia (12/9/2019). Kamp pengungsi Kutupalong dan Nayapara memiliki populasi sekitar 34.000 pengungsi yang terdaftar pada Juli 2017. (AFP Photo/Munir Uz Zaman)
Anak-anak pengungsi Rohingya melihat keluar dari rumah saat hujan lebat di kamp pengungsi Kutupalong di Ukhia 12/9/2019). Kamp ini adalah salah satu dari dua kamp pengungsi yang dikelola pemerintah di Cox's Bazar, kamp yang satunya lagi adalah kamp pengungsi Nayapara. (AFP Photo/Munir Uz Zaman)