Liputan6.com, Jakarta Indonesia terkenal dengan keberagaman budaya dan keseniannya. Setiap daerah di Tanah Air ini, selalu ada tradisi budaya yang unik dan khas. Salah satu budaya yang sering ditampilkan adalah tarian daerah.
Seperti Provinsi Jawa Timur, memiliki banyak seni tarian daerah. Salah satunya tarian yang cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia yakni Tari Gandrung khas Banyuwangi.
Baca Juga
Advertisement
Tari Gandrung merupakan salah satu ikon Jawa Timur. Awal mula tarian gandrung ini dilakukan sebagai wujud rasa syukur kepada Dewi Sri sang Dewi Padi. Tarian ini diadakan setelah menuai padi.
Pertunjukan tari Gandrung disajikan dengan iringan musik khas perpaduan budaya Jawa dan Bali. Kini tari Gandrung sering dipentaskan untuk acara perkawinan, petik laut, khitanan, tujuh belasan dan acara-acara resmi maupun tak resmi lainnya.
Berikut fakta-fakta menarik tarian daerah yakni tari Gandrung yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat (13/9/2019).
1. Awalnya ditarikan oleh laki-laki
Tari Gandrung pertama kalinya ditarikan oleh para lelaki yang didandani seperti perempuan. Namun, lambat laun, laki-laki tak lagi berminat untuk menampilkan tarian.
Di sisi lain, muncul anggapan bahwa kaum perempuan lebih menarik untuk tampil menari.
Advertisement
2. Tari Gandrung untuk pemersatu masyarakat
Pada zaman dahulu, Tari Gandrung digunakan sebagai alat pemersatu masyarakat selepas kekalahan dalam perang melawan Belanda. Lewat tarian ini, masyarakat mengunjungi kerabatnya yang tinggal berpisah pasca perang.
Kemudian masyarakat mengajak kerabatnya untuk mendirikan suatu permukiman baru yang kini dikenal sebagai Kota Banyuwangi. Namun, seiring perkembangan zaman tarian ini akhirnya sering dibawakan sebagai bentuk rasa syukur masyarakat setiap masa panen.
3. Memakai mahkota dari kulit kerbau
Uniknya, kostum yang dipakai penari Gandrung adalah hiasan serupa mahkota. Hiasan tersebut dipasang di kepala penari yang disebut omprok.
Hiasan mahkota itu terbuat dari kulit kerbau yang disamak dan diberi ornamen berwarna emas dan merah, serta diberi ornamen tokoh Anthasena, putra Bima yang berkepala manusia raksasa dan berbadan ular. Mahkota ini menutupi rambut penari Gandrung.
Advertisement
4. Tarian Gandrung dilakukan berpasangan
Tarian ini dilakukan berpasangan antara wanita (penari gandrung) dan pria (pemaju) yang dikenal sebagai paju. Tari Gandrung dibagi menjadi beberapa tarian, yaitu Jejer Gandrung, Paju Gandrung, Seblang Lukinto, Seblang Subuh, Gandrung Dor, Gandrung Marsan, Gama Gandrung dan Jaripah.
Beberapa pembagian tersebut dibagi berdasarkan babak pertunjukan, musik atau yang sifatnya dramatis dan mistis. Dalam pertunjukannya, diiringi dengan musik khas, yaitu Gamelan Osing.
5. Tari Gandrung semakin mendunia
Tari tradisional ini menjadi kebanggaan masyarakat Banyuwangi yang tak hanya terkenal di Indonesia, bahkan sudah mendunia. Keunikan Tari Gandrung membuat pemerintah kota Banyuwangi menginstruksikan agar tarian ini wajib dibawakan dalam acara festival kesenian tahunan di Banyuwangi.
Dan kini, Tari Gandrung dimainkan dalam acara kebudayaan yang diadakan Jerman, Malaysia, Perancis, Hongkong, Brunei Darussalam, dan Jepang. Pada 7 Juli 2018 silam, Amerika Serikat secara resmi mengundang Tari Gandrung untuk dibawakan dalam pentas seni bertajuk Remarkable Indonesia Fair.
Advertisement
6. Festival Gandrung Sewu 2019
Banyuwangi punya festival tarian yang tiap tahunnya selalu ditunggu masyarakat luas, yaitu Gandrung Sewu. Tarian Gandrung Sewu ini melibatkan hampir 1.200 penari dari berbagai usia.
Sudah tujuh kali digelar, festival ini selalu mendapat animo tinggi dari berbagai kalangan baik dari dalam maupun luar negeri. Gandrung Sewu 2019 akan segera diselenggarakan di Banyuwangi pada bulan Oktober mendatang.