Daripada Tumbang oleh Kabut Asap, Mending Pergi dari Pekanbaru

Warga Pekanbaru beramai-ramai mengungsi karena kabut asap dengan tujuan Pulau Jawa dan Sumatra Barat dengan harapan bisa menghirup udara segar.

oleh M Syukur diperbarui 14 Sep 2019, 09:00 WIB
Suasana ruang tunggu di Bandara Pekanbaru menunggu penerbangan ke Jakarta. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - Kabut asap hasil kebakaran hutan dan lahan makin pekat di Pekanbaru. Jarak pandang bahkan sampai titik terendahnya pada tahun ini, yakni hanya 300 meter saja, dengan kualitas udara pada level berbahaya.

Banyak warga Pekanbaru tumbang karena kabut asap ini. Mulai dari guru, murid, bahkan sejumlah mahasiswi ketika berdemo menuntut penuntasan Karhutla sampai sempoyongan dan harus diberikan oksigen karena napasnya sesak.

Sebagian warga sudah tidak tahan lagi tinggal di tengah kabut asap. Sudah ada yang mengungsi ke berbagai daerah seperti Sumatra Barat dan kota-kota besar di Pulau Jawa.

Pengungsi memilih jalur udara dengan menaiki pesawat di Bandara Sultan Syarif Kasim II. Ada juga memakai kendaraan roda empat dengan harapan mendapat udara segara penuh oksigen di daerah tujuan.

Seorang warga Pekanbaru, Selly, ditemui di Bandara SSK II menyebut dirinya sudah tidak tahan lagi tinggal di Pekanbaru. Bersama suami dan dua anaknya, dia memilih mengungsi ke Jakarta karena ada kerabat di sana.

"Ini mau terbang, pesawat jam 11. Sudah tak sehat lagi tinggal di Pekanbaru ini," katanya.

Dia menyebut ke Jakarta selama beberapa hari. Dia akan pulang jika kabut asap di Pekanbaru sudah tidak ada lagi dan udara membaik untuk kesehatan.

"Rencananya seminggu karena anak-anak juga libur sekolah. Kalau masih ada asap diperpanjang lagi," sebutnya.

Dia sempat ragu mengungsi memakai pesawat karena takut operasional Bandara SSK II terganggu kabut asap. Apalagi pada pagi harinya sempat ada pesawat dialihkan ke Batam karena kabut asap pekat.

"Namun menjelang siang tadi, jarak pandang di bandara sudah bisa membuat pesawat mendarat dan terbang," kata Selly.


Pilih Bukittinggi

Warga Pekanbaru pingsan karena menghirup kabut asap berlevel berbahaya. (Liputan6.com/M Syukur)

Warga lainnya, Ali, menyebut keluarganya sudah mengungsi ke Sumatra Barat karena kabut asap. Dia sendiri belum bisa meninggalkan Pekanbaru karena ada tugas yang tak bisa ditinggalkan.

"Adek saya satu keluarga sudah ke Pariaman, di sana udaranya tidak seperti Pekanbaru. Aman dari kabut asap," kata Ali.

Pria 33 tahun ini juga sudah mengungsikan kedua anaknya ke Bukittinggi. Di daerah perbukitan dan sejuk itu, anak Ali tinggal bersama mertuanya untuk beberapa waktu menjelang kabut asap hilang.

"Karena anak-anak juga diliburkan karena kabut asap, kalau istri masih di Pekanbaru karena kerja juga," ucap Ali.

Sementara itu, warga negara Malaysia bernama Muzammil, mengaku kaget dengan situasi Pekanbaru yang diselimuti kabut asap tebal. Dia menyebut kondisi asap ini lebih parah di negara asalnya.

"Di tempat saya juga ada kabut asap, tapi tidak seperti ini. Makanya terkejut tadi pasa mendarat," ucap Muzammil.

Muzammil menyebut ke Pekanbaru untuk berlibur bersama istrinya. Dia mendapat tiket gratis untuk berliburan dengan beberapa lokasi wisata yang akan dikunjunginya.

Dengan kondisi Pekanbaru diselimuti kabut asap, dia ragu liburan bersama istrinya berjalan lancar. Sama dengan keseluruhan warga Pekanbaru, dia berharap kabut asap ini segera menghilang.

"Ada waktu saya lima hari di Pekanbaru, menginap di hotel. Mudah-mudahan liburan tak terganggu," katanya.


Jarak Pandang Terus Memburuk

Jarak pandang di Pekanbaru terus memburuk karena diselimuti kabut asap berlevel berbahaya. (Liputan6.com/M Syukur)

Sebagai informasi, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru pada Jum'at pagi menyatakan jarak pandang di Pekanbaru hanya 300 meter.

Menjelang siang, jarak pandang cukup membaik tapi tidak sampai 1000 meter.

Selain di Pekanbaru, jarak di daerah lainnya juga memburuk karena kabut asap. Seperti di Kabupaten Indragiri Hulu 300 meter dan Kota Dumai dengan jarak pandang serupa.

"Paling pendek jarak pandang itu ada di Pelalawan, hanya 200 meter," kata Kasi Data dan Informasi BMKG, Marzuki.

Menurut Marzuki, potensi jarak pandang memburuk karena partikel hasil kebakaran diprakirakan berlangsung hingga sore hari. Pada malamnya bukan tidak ada asap tapi tidak seperti pagi dan siang.

"Potensi hujan ada pada malam hari tapi bersifat ringan dan tidak merata," ucap Marzuki.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya