Tertidur 25 Tahun, Garam Gresik Kini Kejar Produksi 26 Ribu Ton

PT Garam Segoromadu Gresik memproduksi garam 26 ribu ton per tahun secara bertahap.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 14 Sep 2019, 13:00 WIB
PT Garam Segoromadu Gresik kembali bangkit produksi garam usai “tidur” selama 25 tahun. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Gresik - PT Garam Segoromadu Gresik seolah-olah asing di telinga, karena selama 25 tahun ini sempat "tertidur"  Namun, pada 2019, pabrik industri garam ini bangkit dengan target 26 ribu ton per tahun.

Direktur Utama PT Garam Segoromadu Gresik (Persero), Budi Sasongko menyatakan, lahan seluas 260 hektare tersebut tidak produktif sejak 1994 dan disewakan kepada pihak lainnya.

"Sebelum lahan disewakan atau pada tahun 1992, pabrik ini memproduksi garam halus kemasan dengan produksi garam beryodium 3 ton per hari," tutur dia, Jumat (13/9/2019).

Budi menuturkan, pada  2000, PT Garam Segoromadu Gresik mampu memproduksi Bittern yang merupakan salah satu diversifikasi dari hasil produksi garam.

"Pada tahun 2003, produksi Bittern dihentikan namun tetap memproduksi garam halus dan mulai merintis produksi Garam kurang Natrium atau Less Sodium Salt (LOSOSA) yaitu garam premium untuk kesehatan," kata dia.

Pihaknya optimistis mampu produksi 26.000 ton per tahun secara bertahap. Kapasitas produksi itu sejak September yang diproyeksikan mencapai 20 persen atau 5.200 ton. Kemudian pada tahun ke-2 mencapai 60 persen atau 15.600 ton.

"Ini dibutuhkan 3 tahun untuk bisa capai target ini,” ia menambahkan.

Pencapian target itu didukung empat pabrik yang berada di Gresik, Jawa Timur yakni Pabrik Camplong, dengan kapasitas 63.000 ton per tahun, Pabrik Sampang, dengan kapasitas 11.800 ton per tahun, Pabrik Galus Segoromadu, dengan kapasitas 30.000 ton per tahun dan Pabrik Lososa Segoromadu, dengan kapasitas 1.500 ton per tahun.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Proyek Revitalisasi

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini M. Soemarno meninjau proyek revitalisasi lahan penggaraman Manyar milik PT Garam (Persero) di Gresik. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Dikutip dari website Kementerian BUMN, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini M. Soemarno meninjau proyek revitalisasi lahan penggaraman Manyar milik PT Garam (Persero) di Gresik, Jawa Timur, Rabu 11 September 2019.

Menteri Rini mengatakan, revitalisasi lahan ini bertujuan untuk mengurangi defisit neraca garam nasional dan pemenuhan garam industri di Tanah Air. Selain itu, revitalisasj ini untuk meningkatkan produksi PT Garam (Persero) dalam upaya swasembada garam menuju kedaulatan garam nasional.

"Saya yakin revitalisasi ini sebagai upaya BUMN mendukung swasembada garam nasional. Apalagi, saat ini kebutuhan garam masih ditutupi dari impor. Dengan adanya revitalisasi lahan-lahan garam ini akan mampu meningkatkan produksi garam nasional," ujar Rini.

Lahan milik PT Garam (Persero) di Manyar Gresik beroperasi 1964 hingga 1994 dengan kapasitas produksi rata-rata 25.000 ton. Pegaraman manyar merupakan pegaraman ke-5 milik PT Garam (Persero) yang berada di wilayah Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik.

Lahan garam Manyar ditata sebagai etalase proses produksi yang bervariatif yaitu proses produksi garam sistim konvensional, proses produksi garam dengan teknologi GEKI (Korea) dan proses produksi garam dengan teknologi Bestekin (pemurnian air laut).

Pekerjaan konstruksi pegaraman Manyar dimulai pada Juli 2019 dan direncanakan awal musim produksi 2020 dilakukan percobaan proses produksi konvensional dan dilakukan pembangunan pabrik garam GEKI.

"Untuk mencapai kapasitas produksi 100 persen sebesar 26.000 ton per tahun diperlukan waktu 3 tahun. Secara bertahap sejak September 2019 diproyeksikan tercapai 20 persen kapasitas atau 5.200 ton, tahun ke-2 mencapai 60 persen atau 15.600 ton dan tahun ke-3 tercapai optimal 26.000 ton," kata Rini.

Strategi untuk memperkuat bisnis hilir (hilirisasi) garam adalah dengan senantiasa meningkatkan kualitas produk dan layanan garam olahan untuk industri dan konsumsi. Penataan fasilitas produksi dimulai sejak proses produksi, sistem penyimpanan hasil produksi, SOP pengelolaan barang konsumsi dan yang sesuai ketentuan Balai POM serta sistem pelaporan menggunakan program ERP yang terintegrasi.

Memperkuat produksi garam olahan menjadi keniscayaan untuk mampu bertahan dalam persaingan di bisnis garam yang nyaris sempurna saat ini sebab tumpuan usaha pada produksi dan penjualan garam bahan baku terbukti tidak mampu menahan persaingan harga yang sangat fluktuatif dan rentan jatuh, di era terbuka nya pasar bebas dengan masuknya garam import.

"Untuk itulah, PT Garam (Persero) terus memperkuat atau menambah kemampuan untuk menghasilkan garam olahan. Saat ini PT Garam (Persero) telah mempunyai 4 pabrik olahan dengan kapasitas produksi sebesar 106.300 ton per tahun,” tegas Rini.

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya