2 Kilang Arab Saudi Terbakar, Harga BBM Jadi Naik?

Dengan berkurangnya pasokan minyak mentah, maka membuat harga minyak bakal melonjak.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Sep 2019, 16:30 WIB
Ilustrasi Kebakaran (iStockphoto)​

Liputan6.com, Jakarta - Dua fasilitas kilang minyak milik Arab Saudi, Abqaiq dan Khurais, terbakar setelah mendapat serangan drone pada Sabtu kemarin. Kedua kilang minyak tersebut merupakan fasilitas terpenting milik Saudi Aramco.

Pengamat Energi dari Indonesian Resources Studies, Marwan Batubara, mengatakan bahwa kejadian tersebut secara dampak akan mempengaruhi harga minyak mentah dunia. Sebab, Arab Saudi harus kehilangan separuh persediaan minyak mentahnya.

"Tidak hanya di Indonesia secara umum kan ke dunia. Seberapa besar itu produksinya si Aramco per hari dan mempengaruhi pasokan bahan bakar minyak (BBM) terutama," kata dia saat dihubungi merdeka.com, Minggu (15/9/2019).

Marwan mengatakan dengan berkurangnya pasokan minyak mentah, maka membuat harga minyak bakal melonjak. Mau tidak mau hal ini kemudian berimbas pada kenaikan BBM tak terkecuali di Indonesia.

"Sebetulnya harga minyak itu kan sekarang sekitar di USD 50 per barel. Tapi dengan kondisi sekarang dan subsidi energi (di Indonesia) dikurang-kurangi potensi cukup naik bisa saja terjadi," kata dia.

Kendati begitu, Marwan belum berani memprediksi kenaikan yang bakal terjadi pada BBM tersebut. Hanya saja dia memperkirakan kenaikan tersebut bisa terealisasi usai Pelantikan Presiden terpolih Joko Widodo atau Jokowi pada Oktober mendatang.

"Dulu harga minyak pernah di USD 60 per barel. Tapi BBM-nya karena mau pemilu tidak dinaikan. Mungkin setelah Jokowi dilantik siapa menterinya baru akan terlihat kenaikannya kan tinggal sebulan ini," tandasnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan video pilihan berikut ini:


2 Kilang Minyak Arab Saudi Diserang Drone

Ilustrasi kebakaran.

Sebelumnya, produksi minyak Arab Saudi berkurang setengah setelah dua kilang minyak utama diserang oleh drone atau oesawat tanpa awak yang membawa bom. Kelompok pemberontak Houthi dari Yaman mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

Mengutip businessinsider, Minggu (15/9/2019), juru bicara Kementerian Dalam Negeri Arab saudi Mansour al-Turki menjelaskan bahwa tidak ada korban jiwa dalam serangan drone tersebut.

Namun ia belum menjelaskan berapa kerugian yang dialami Saudi Aramco akibat aksi pengeboman tersebut. Saudi Aramco merupakan perusahaan minyak dan gas (migas) terbesar di dunia yang dimiliki oleh pemerintah Arab Saudi.

Ini merupakan pukulan yang cukup besar bagi perusahaan tersebut. Alasanya, Saudi Aramco berencana untuk melakukan initial public offering (IPO) atau menawarkan saham perdana dalam waktu dekat ini. Dengan lumpuhnya dua kilang ini berakibat aset perusahaan harus dihitung ulang. 

Wall Street Journal dan Bloomberg, melaporkan bahwa menurut sumber mereka, Arab saudi menutup sekitar setengah dari produksi minyaknya setelah serangan ini. Digambarkan bahwa serangan oleh pemberontak ini terbesar sepanjang sejarah kerajaan.

Penutupan produksi yang dilakukan mencapai 5 juta barel per hari atau sekitar 5 persen dari produksi minyak mentah harian dunia.

Media pemerintah Arab Saudi melaporkan bahwa saat ini kebakaran di dua kilang sudah bisa dikendalikan.

Dalam laporan BBC, Seorang juru bicara untuk kelompok Houthi yang berpihak kepada Iran di Yaman mengatakan pihaknya telah mengerahkan 10 drone atau pesawat tanpa awak dalam serangan itu.

Pejuang Houthi sebelumnya disalahkan atas serangan drone di fasilitas pencairan gas alam Shaybah bulan lalu dan Iran disalahkan oleh Arab Saudi dan AS atas serangan terhadap dua kapal tanker minyak pada Juni dan Juli, yang dibantah pihak berwenang di Teheran.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya