Liputan6.com, Jakarta - Coba buka laman Google hari ini, niscaya Anda akan terkesima dengan doodle yang menampilkan karikatur Chrisye memegang gitar.
Sketsa Chrisye dilatari konfigurasi lilin-lilin kecil membentuk namanya. Chrisye nama besar di belantika musik Indonesia.
Baca Juga
Advertisement
Semasa hidupnya, Chrisye dijuluki legenda hidup karena tak ada albumnya yang tak dipuji kritikus. Berpulang pada Maret 2007 karena kanker paru-paru, lagu-lagu Chrisye menembus ruang dan waktu.
Dicintai Generasi Bunga dan dinyanyikan kembali oleh Generasi Instagram, memilih beberapa karya besar Chrisye jelas bukan pekejaan mudah. Izinkan Showbiz Liputan6.com memilih 5 karya besar Chrisye untuk Anda. Semoga berkenan!
Lilin-lilin Kecil (1977)
Pada 1977, Radio Prambors Rasisonia Jakarta menggelar Lomba Cipta Lagu Remaja. Sepuluh lagu terbaik yang didapat dari para remaja kreatif se-Nusantara lantas direkam dan diedarkan dalam format kaset bersampul biru. Tak dinyata satu dari 10 lagu itu menjadi tembang abadi.
“Lilin-lilin Kecil” karya James F. Sundah dibawakan dengan penghayatan tingkat tinggi oleh Chrisye. Bagian refrainnya berbunyi, “Dan kau lilin-lilin kecil, sanggupkah kau berpijar? Sanggupkah kau menyengat seisi dunia?”
Lagu ini dianggap mengubah arah musik dan pakem melodi pop kala itu. “Lilin-lilin Kecil” dinyanyikan kembali sejumlah musisi dari grup musik Geronimo II pimpinan Anton Issoedibyo, Yuni Shara, hingga Lingua.
Advertisement
Badai Pasti Berlalu (1977)
Badai Pasti Berlalu menampilkan sejumlah hit berlirik puitis seperti “Merpati Putih,” “Merepih Alam,” dan “Pelangi.” Inilah yang membuat Badai Pasti Berlalu dinobatkan menjadi album terbaik sepanjang sejarah musik Indonesia.
Musiknya berkelas, lirik diracik dengan pendekatan sastra, dan intepretasi Chrisye tiada dua. Album ini juga memuat hit besar “Cintaku” yang dekat dengan kaum muda.
Liriknya universal, relatif mudah diterima. Jangan lupa, video klip “Cintaku” versi 1999 karya Rizal Mantovani yang menampilkan puluhan artis papan atas dari Titiek Puspa, Titi DJ, hingga penyanyi sekaligus miliader cilik Joshua Suherman.
Sabda Alam (1978)
Setahun setelah “Lilin-lilin Kecil” dan Badai Pasti Berlalu meledak, Chrisye melepas album monumental Sabda Alam. Album ini dinobatkan sebagai salah satu dari 150 album Indonesia terbaik sepanjang masa.
Yang menarik, pada sisi B album ini ada dua hit legendaris yakni “Kala Sang Surya Tenggelam” dan “Anak Jalanan.” Keduanya karya Guruh Soekarno Putra.
“Anak Jalanan” memotret kondisi sosial remaja yang dibesarkan oleh tipe orang tua berbeda, yakni kaya raya tapi sibuk, tak berayah dan ibu, hingga berjarak dengan ayah dan ibu. Dinyanyikan tanpa menggurui, tema lagu ini terasa relevan hingga kini.
Advertisement
Kala Cinta Menggoda (1997)
Album ini menandai kolaborasi kedua Erwin Gutawa dan Chrisye. Album ini pula yang membuat penggemar sedih. Ketika promosi album, Chrisye menyatakan keinginan vakum dari industri musik karena bingung mau merekam apalagi.
Kala Cinta Menggoda bagus secara kualitas dan sukses secara komersil. Video klip “Kala Cinta Menggoda” hangat diperbincangkan lantaran menampilkan Vira Yuniar dalam pesta topeng yang romantis.
Menyusul “Kala Cinta Menggoda” ada tembang lintas dekade “Untukku” karya Yovie Widianto. Jangan lupa, album ini menyimpan tembang religi “Ketika Tangan dan Kaki Berkata” yang diliriknya digurat Taufik Ismail. Dengarkan lagu ini kala Subuh, niscaya air mata berlinang. Merinding!
Legendary Tour (2001)
Melengkapi materi album Legendary Tour yang dirilis tahun 2001 ada dua nomor baru yang direkam yakni “Setia” ciptaan Guruh Soekarno Putra dan “Andai Aku Bisa” karya Bebi Romeo dan Ahmad Dhani.
Lewat “Andai Aku Bisa,” Chrisye bicara cinta segitiga! Penghayatannya tidak mengarah pada perselingkuhan melainkan beratnya menentukan pilihan.
Dengan ilustrasi orkestra di bagian intro yang khusuk, “Andai Aku Bisa” bukan nomor receh melainkan serius. Belum lagi video klipnya menampilkan Titi Kamal menyelamatkan Tengku Firmansyah yang terdampar di bibir laut. Hati Titi yang jatuh hati hancur setelah melihat foto wanita lain di bandul kalung Tengku. Ya Allah, sedih banget! (Wayan Diananto)
Advertisement