Serangan Terhadap Aramco Bikin Rupiah Melemah

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.990 per dolar AS hingga 14.054 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 16 Sep 2019, 12:30 WIB
Pekerja menunjukan mata uang Rupiah dan Dolar AS di Jakarta, Rabu (19/6/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sore ini Rabu (19/6) ditutup menguat sebesar Rp 14.269 per dolar AS atau menguat 56,0 poin (0,39 persen) dari penutupan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar )

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan di awal pekan ini. Nilai tukar rupiah melemah dibayangi sentimen negatif dari eksternal. 

Mengutip Bloomberg, Senin (16/9/2019), rupiah dibuka di angka 13.996 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.966 per dolar AS. Menjelang siang, rupiah terus melemah ke 14.042 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.990 per dolar AS hingga 14.054 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 2,43 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.020 per dolar AS. melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 13.950 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah melemah dibayangi sentimen negatif dari eksternal. "Pelemahan rupiah karena ada faktor geopolitik, terkait dengan serangan terhadap Aramco," kata analis Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto dikutip dari Antara.

Kelompok gerilyawan Yaman yang bersekutu dengan Iran, Al-Houthi, pada Sabtu (14/9) menyerang dua instalasi minyak Arab Saudi, Aramco, termasuk instalasi terbesar pemrosesan minyak di dunia, sehingga menyulut kebakaran.

Peristiwa tersebut terjadi setelah serangan lintas-perbatasan terhadap instalasi minyak Arab Saudi dan tanker minyak di perairan Teluk.

"Selain itu, rupiah juga dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter, baik di negara maju maupun di negara-negara berkembang," ujar Rully.

Sementara itu, dari dalam negeri, neraca perdagangan Agustus yang diprediksi surplus dapat menjadi sentimen positif bagi nilai tukar.

"Kami prediksi surplus tapi relatif kecil, sekitar 80-90 juta dolar. Pasar ekspektasinya di atas USD 100 juta," kata Rully.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Pemerintah Prediksi Rupiah Melemah ke 14.400 per Dolar AS di 2020

Sejumlah uang kertas rupiah ditunjukkan petugas di Bank BUMN, Jakarta, Selasa (17/4). Rupiah hari ini diperdagangkan dengan kisaran Rp 13.766 -Rp 13.778 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, pemerintah memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan melemah pada tahun depan. Hal tersebut terjadi karena adanya gejolak ekonomi dunia.

Dalam pidato Nota Keuangan di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Jumat (16/8/2019), Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan bahwa target ekonomi masih akan tinggi, tetapi untuk nilai tukar rupiah akan melemah.

Ia menyebut target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 adalah 5,3 persen. Sumber pertumbuhan ekonomi tahun depan ditekankan pada sektor konsumsi. 

"Pertumbuhan ekonomi akan berada pada tingkat 5,3 persen dengan konsumsi dan investasi sebagai motor penggerak utamanya. Inflasi akan tetap dijaga rendah pada tingkat 3,1 persen untuk mendukung daya beli masyarakat," ujar dia.

Jokowi menyebut nilai tukar rupiah akan melemah menuju 14.400 per dolar AS. Ia menyebut hal itu diakibatkan kondisi ekonomi global yang volatile alias penuh ketidakpastian.

Meski sedang ada disrupsi dagang, Jokowi yakin Indonesia akan tetap menjadi primadona investasi. Pasalnya, Indonesia memiliki telah mendapatkan citra positif dan iklim investasi akan terus dijaga.

"Pemerintah yakin investasi terus mengalir ke dalam negeri, karena persepsi positif atas Indonesia dan perbaikan iklim investasi," ujar Jokowi.

 
 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya