Kabut Asap di Kalimantan Tengah, Langit Biru pun Berganti Kelabu

Kabut asap di Kalimantan Tengah membuat langit tak lagi biru, tapi berubah pekat

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 16 Sep 2019, 17:00 WIB
Penampakan langit di atas rumah Ivana di daerah Sampit, Kabupaten Kotim, Kalimantan Tengah saat siang hari selama bencana kabut asap (Foto: Ivana Maria Suilyn Tangkere, Paskibraka Nasional 2019)

Liputan6.com, Kalimantan Tengah - Bencana kabut asap dampak kebakaran hutan dan lahan yang menyelimuti Kalimantan Tengah menyebabkan sejumlah sekolah harus diliburkan.

Dua orang Paskibraka Nasional 2019 dari Kalimantan Tengah terpaksa harus libur sekolah lagi karena kabut asap yang kian tebal.

Ivana Maria Suilyn Tangkere, misalkan. Iva, begitu gadis ini biasa disapa, terpaksa berdiam diri di rumah selama satu minggu.

Sekolah Iva, SMAS Taruna Jaya Sampit, meliburkan anak didiknya sampai Senin, 23 September 2019.

Namun, libur tidak lantas membuat dia bisa leyeh-leyeh. Selain pekerjaan rumah yang menumpuk, kondisi kediamannya di daerah Sampit, Kabupaten Kotim, juga tak luput dari 'serangan' asap.

"Asapnya masuk rumah, tidak sampai masuk ke dalam kamar. Jadinya masih bisa belajar," kata Iva kepada Health Liputan6.com melalui aplikasi pesan singkat, Senin, 16 September 2019.

Entah sudah berapa lama Ivana tak dapat melihat sekumpulan awan putih dan langit biru dari luar rumahnya. Kabut asap membuat langit di daerah tempat tinggalnya berwarna kuning gelap.

"Kondisinya parah. Sebelum asap setebal sekarang, kalau siang benar-benar enggak ada asap. Kalau sekarang, siang kayak begini pun ada asap. Cukup tebal malah," kata Ivana.

 


Kualitas Udara Akibat Kabut Asap

Akibat kabut asap yang seperti ini, Ivana, Paskibraka Nasional 2019 harus libur sekolah lagi selama satu minggu (Foto: Ivana Maria Suilyn Tangkere, Paskibraka Nasional 2019)

Untuk beberapa hari, lanjut Iva, kualitas udara di sana berdasarkan Air Quality Index (AQI) tidak pernah di bawah 500 dan bahkan pernah sampai 1.000. Kondisi tersebut membuat kepalanya pusing dan terasa berat.

Iva bercerita bahwa pada Minggu, 15 September 2019, hal tak mengenakkan terjadi di dalam geraja.

Dia mula-mula berpikir bahwa berada di dalam gereja akan membuatnya aman. Ternyata tidak. Gereja tempat Iva beribadah ternyata penuh dengan asap juga.

"Karena berpikir di dalam gereja enggak apa-apa, Iva enggak pakai masker. Hidung jadinya perih, kepala pusing," katanya.

"Pulang dari ibadah pun kepala berat sekali. Iva tidur, dan pas bangun malah tambah nyut-nyutan. Asapnya sudah berbahaya sekali. Pekat banget," ujarnya.

Iva pun secara tak langsung jadi memikirkan kondisi kesehatan kedua orangtuanya. Terutama sang ayah, yang menurut Iva punya riwayat asma. "Papa juga kemarin sempat sesak napas," ujarnya.


Kabut Asap di Kabupaten Barito Utara

Seperti ini langit di Kalimantan Tengah, Kabupaten Barito Utara, Kota Muara Teweh, saat bencana kabut asap (Foto: Zaini Fahmi, Paskibraka Nasional 2019)

Nasib serupa juga dialami Paskibraka Zaini Fahmi. Pembentang bendera merah putih pada upacara di Istana Merdeka, 17 Agustus 2019 sore, harus menahan rindu suasana belajar di sekolah untuk tiga hari ke depan.

"Diliburkan sampai hari Rabu. Kalau semakin parah, sekolah diliburkan lagi," kata Zaini.

Menurut siswa MAN Barito Utara bahwa kondisi kabut asap di wilayah tempat tinggalnya tidak separah di tempat Ivana.

"Di sini kurang tebal. Tebalan di tempat Ivana," ujarnya.

Meski begitu tetap saja bencana kabut asap cukup mengganggunya saat beraktivitas.

 


Kabut Asap Membuatnya Berdiam Diri di Rumah

Seperti ini langit di Kalimantan Tengah, Kabupaten Barito Utara, Kota Muara Teweh, saat bencana kabut asap (Foto: Zaini Fahmi, Paskibraka Nasional 2019)

Senin ini hari libur pertamanya. Sejauh ini, yang bisa Zaini lakukan di rumah guna mengisi waktu luang adalah dengan berolahraga.

Namun, saat hari-hari kemarin, Zaini sempat nekat keluar rumah untuk berolahraga basket untuk waktu yang sebentar.

"Keluar rumah pun juga harus pakai masker. Latihan juga pakai masker walaupun susah buat bernapas," ujarnya.

Zaini pun berharap bencana kabut asap ini cepat berakhir. Harapan lainnya, Zaini ingin hutan di Kalimantan benar-benar dilindungi dan jangan lagi terjadi kebakaran.

"Hutan di Kalimantan ini kan dikenal sebagai paru-paru dunia karena hutannya yang lebat," katanya.

Selain itu, seperti doa kebanyakan masyarakat di Kalimantan dan Pekanbaru, hujan yang lebat benar-benar turun di sana.

"Banyak orang yang enggak bisa beraktivitas seperti biasanya karena kabut asap yang semakin parah," katanya.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya