Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Luar Negeri RI, mengecam serangan pesawat nirawak terhadap fasilitas minyak Aramco di Arab Saudi, yang terjadi pada Sabtu 14 September 2019.
"Serangan tersebut membahayakan keamanan dan stabilitas Kawasan serta berdampak negatif terhadap ekonomi global," kata Kemlu RI dalam pernyataan resmi, dikutip pada Senin (16/9/2019).
Advertisement
"Indonesia menyerukan kembali dialog dan mendukung proses politik di Yaman di bawah kepemimpinan PBB," lanjut Kemlu.
Serangan drone dilaporkan membakar dua fasilitas minyak utama yang dijalankan oleh perusahaan milik negara Aramco di Arab Saudi. Demikian menurut informasi yang dikabarkan oleh media pemerintah.
Rekaman gambar menunjukkan kobaran api dan kepulan asap besar di atas Abqaiq, tempat pabrik pemrosesan minyak terbesar di dunia.
Serangan drone juga memicu kebakaran di ladang minyak Khurais ke arah barat.
Serangan drone dilaporkan membakar dua fasilitas minyak utama yang dijalankan oleh perusahaan milik negara Aramco di Arab Saudi. Demikian menurut informasi yang dikabarkan oleh media pemerintah.
Rekaman gambar menunjukkan kobaran api dan kepulan asap besar di atas Abqaiq, tempat pabrik pemrosesan minyak terbesar di dunia.
Serangan drone kedua ini juga memicu kebakaran di ladang minyak Khurais ke arah barat.
Kelompok gerilyawan Houthi Yaman, yang berperang melawan koalisi Arab Saudi-Uni Emirat Arab, mengklaim serangan itu --yang berdampak pada berkurangnya 5 persen produksi minyak dunia.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo melempar telunjuk kepada Iran sebagai dalang sesungguhnya dari serangan terhadap Aramco. Pompeo menuduh bahwa Houthi telah sejak lama menjadi proksi Negeri Persia sepanjang Perang Yaman.
Namun, tidak ada bukti konklusif yang disajikan oleh Amerika Serikat.
Di sisi lain, baik Houthi dan Iran telah lama membantah saling terhubung terkait Perang Yaman. Teheran secara terpisah juga membantah mendalangi serangan terhadap Aramco di Abqaiq.
Simak video pilihan berikut:
Harga Minyak Melambung
Harga minyak dunia mencapai level tertinggi dalam empat bulan, setelah dua serangan terhadap kilang Arab Saudi pada Sabtu 14 September 2019. Serangan itu mengganggu produksi lebih dari 5% pasokan global.
Pada awal perdagangan, minyak mentah Brent melonjak 19% menjadi US$ 71,95 per barel, sementara patokan utama lainnya, West Texas Intermediate, naik 15% menjadi US$ 63,34, demikian seperti dikutip dari BBC, Senin (16/9/2019).
Sementara Menteri Energi Arab Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman menjelaskan bahwa Riyadh akan memanfaatkan kilang cadangan besar untuk menutup celah kekurangan, sehingga ekspor dapat berlanjut seperti biasa minggu ini.
Namun, instabilitas harga diperkirakan akan terus terjadi hingga berminggu-minggu sebelum fasilitas Saudi kembali pulih sepenuhnya. Kendati demikian, Riyadh menjelaskan bahwa "situasi telah terkendali".
Arab Saudi adalah pengekspor minyak terbesar di dunia, mengirimkan lebih dari tujuh juta barel setiap harinya.
Advertisement