Liputan6.com, Jakarta - Serangan drone yang menghantam kilang minyak di Arab Saudi akhir pekan lalu membuat negara tersebut terpaksa kehilangan pasokan minyak.
Insiden yang membuat 50 persen pasokan minyak negara tersebut terhenti itu mau tak mau berdampak pada harga minyak dunia. Mengutip Reuters, Senin (16/09/2019), harga minyak sempat melonjak belasan persen, bahkan mencapai titik tertinggi sejak Mei.
Baca Juga
Advertisement
Dilaporkan, harga minyak jenis Brent berjangka sempat naik hingga 19 persen menjadi USD 71,95 per barel, tertinggi sejak 14 Januari 1991. Sedangkan untuk harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) sempat naik 15 persen ke level tertinggi di angka USD 63,34 per barel, tertinggi sejak 22 Juni 1998.
Hingga pukul 09.40 waktu setempat, harga minyak Brent berada di posisi USD 65,77 per barel, naik 8,4 persen dari posisi sebelumnya.
Begitu pula dengan harga minyak mentah WTI yang melonjak ke posisi USD 59,54, naik 7,88 persen dari posisi sebelumnya.
5 Persen Pasokan Minyak Global Ludes
Secara kronologis, drone yang menyerang fasilitas pengolahan minyak bumi Arab Saudi di Abqaiq dan Khurais tersebut berdampak pada pasokan minyak dunia. Sebanyak 5 persen jatah minyak dunia ludes akibat serangan pada Sabtu (14/09/2019) kemarin.
Kelompok Houthi dari Iran mengklaim bertanggung jawab atas insiden tersebut, meski sempat ada bantahan dari Iran sendiri.
Akibatnya, produksi minyak di Arab Saudi akan terpangkas sekitar 5,7 juta barel perhari, kira-kira 50 persen dari produksi secara keseluruhan.
Imbas dari insiden ini tentu akan terasa ke negara Asia yang bergantung pada minyak Saudi seperti Jepang, China, Korea Selatan, India dan Filipina. Harga energi dan bahan baku akan naik berkali-kali lipat.
Sementara, sebuah sumber menyatakan pemulihan kejadian ini akan memakan waktu berminggu-minggu.
Advertisement