Liputan6.com, Surabaya - Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak pernah berhenti berinovasi. Salah satunya adalah Hipzul Achmad Jabbar, mahasiswa Departemen Sistem Informasi (SI) yang merancang sebuah sistem pendeteksi kesuburan tanah yang dapat memberikan informasi kepada pengguna mengenai kondisi tanahnya saat ini.
Lewat Tugas Akhir (TA) berjudul Rancang Bangun Sistem Pendeteksi Kesuburan Tanah Menggunakan Arduino dengan Sensor PH, Electrical Conductivity, Temperatur, dan Kelembaban Tanah ini berhasil mengantarkannya menjadi wisudawan ITS ke-120, pada Minggu 15 September 2019.
Pemuda yang akrab disapa Ijul ini mengatakan, pada sistem pendeteksi kesuburan tanah ini terdapat empat sensor yaitu kelembaban, PH, Electrical Conductivity (EC), dan suhu. Karena keempat indikator tersebut saling berkaitan, misalnya PH dengan EC karena di PH tertentu itu saling berkaitan dengan ion tertentu pula.
"Sehingga bisa mengontrol tanah tersebut cocok untuk tanaman apa atau karena kekurangan ion kemungkinan perlu ditambahkan pupuk untuk bisa mengubah variabel seperti EC,” terangnya, Senin (16/9/2019).
Baca Juga
Advertisement
Untuk cara kerjanya yaitu keempat sensor tadi ditancapkan ke tanah terlebih dahulu. Lalu data yang didapatkan akan otomatis dikirim ke arduino. Arduino merupakan sebuah microcontroller yang bersifat open source atau sumber terbuka yang ditujukan untuk membuat prototype peralatan elektronik.
”Alasan memilih arduino yaitu lebih mudah dipakai untuk prototyping karena simpel dan kodingannya lebih mudah,” lanjutnya.
Pemuda asal Jakarta ini menceritakan, setelah itu, arduino akan mengirimkan data ke aplikasi yang telah ia buat. Data yang dikirim ke server aplikasi tersebut menggunakan wifi. Karena biar terlihat lebih bagus dan tidak terlalu banyak kabel biar lebih wireless. Kemudian data yang telah dibaca sensor akan ditampilkan ke aplikasi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Tinggal Akses Web
Aplikasi ini berbasis web based, karena pertimbangan agar mudah diakses melalui mobile phone atau komputer biasa. Jadi ketika pengguna ingin mengetahui kondisi tanahnya, tinggal mengakses lewat websitenya saja, tanpa harus meng-install aplikasi terlebih dahulu.
"Karena di sini saya cuma developing dan prototyping jadi belum di-hosting ke cloud dan web, servernya masih di localhost," terang Ijul.
Dibimbing oleh Dr Eng Febriliyan Samopa SKom MKom, Ijul mengungkapkan ide ini berasal dari keingintahuannya terhadap Indonesia yang merupakan negara agraris, apakah di era industri 4.0 ini pertainan itu mudah digabung dengan teknologi.
Ijul mengungkapkan, kesulitannya ketika mengerjakan TA-nya. Karena bukan berlatar belakang orang elektro atau pertanian, sehingga ia perlu belajar lebih dalam terlebih dahulu. Pada awalnya ia hanya tahu mengenai kodingnya dan jalan arsitekturnya.
"Jadi cara ngerakit alatnya, menentukan variabel itu susah, sehingga harus banyak baca paper dari luar jurusan,” sambungnya.
Harapan Ijul, TA-nya ini dapat dikembangkan lebih lanjut. Karena memang tidak bisa jika dikembangkan sendirian oleh anak SI saja. Akan tetapi, harus juga bersama dengan anak elektro, biologi dan pertanian.
Pemuda kelahiran 1997 ini juga berharap, nantinya aplikasi ini merupakan sebuah open source. Sehingga bisa dipakai dan dimanfaatkan secara gratis oleh banyak orang. "Karena kita ini dari institut yang sudah seharusnya memberikan dampak yang baik dengan inovasinya terhadap sekitar,” pungkasnya.
Advertisement