Liputan6.com, Kalimantan Tengah - Kebakaran hutan yang mengakibatkan kabut asap juga terjadi di Pulang Pisau, salah satu kabupaten di Kalimantan Tengah.
Tidak seperti di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur maupun Kabupaten Barito Utara, kegiatan belajar dan mengajar di Pulang Pisau masih tetap berjalan normal.
Advertisement
Lilly Alvia, gadis yang pada 2018 menjadi perwakilan Kalimantan Tengah sebagai Paskibraka di tingkat nasional, mengaku bahwa dua hari terakhir dirinya masih tetap bersekolah.
Padahal, daerah tempat tinggalnya itu juga terkena dampak kabut asap yang terbilang parah. "Soalnya, Pulang Pisau dan Palangkaraya jaraknya dekat. Hanya 98 kilometer (km)," kata Lilly.
"Dan, di Pulang Pisau kebakaran juga lahan dan hutannya," ujarnya saat dihubungi Health Liputan6.com melalui aplikasi pesan singkat pada Selasa (17/9/2019).
Lilly kini berharap sekolahnya, SMA Negeri 1 Kahayan Hilir, juga meliburkan siswa dan siswinya seperti halnya sejumlah sekolah yang terkena dampak kabut asap di Kalimantan Tengah.
"Sekolah ya kayak biasa, tidak ada libur. Cuma waktu belajar saja dikurangin. Masuk pukul 07.30 dan pulangnya sekitar pukul 13.00," katanya.
Kemarin (Senin, 16 September 2019) Lilly dan teman-teman sudah pulang sekitar pukul 11.00 karena ada rapat guru. Sambil berkelakar, Lilly mengatakan,"Maaf, kak, paru-paru kami bukan buatan luar negeri. Tapi buatan Tuhan, makanya kuat."
Saksikan juga video menarik berikut
Kabut Asap Pernapasan Jadi Terganggu
Kabut asap yang kian menebal menyebabkan pernapasan kebanyakan masyarakat di sana jadi tidak nyaman. Begitu juga dengan jarak pandang.
"Kabut asapnya parah. Biasa dari pukul 10.00 sampai senja. Kalau malam cuma baunya saja, tapi tidak tampak polusi udaranya," Lilly bercerita.
Lilly tak paham mengapa bisa terjadi kayak begitu. Saat matahari muncul, kabut asapnya bisa dibilang parah. Tetapi saat malam hari tiba, pandangan malah jadi bersih meskipun bau tak sedap masih sering terendus.
"Beda cerita kalau di Palangkaraya. Kalau di sana, pagi, siang, sore, dan malam tetap gelap," ujarnya.
Lilly mengaku masih bersyukur karena pernapasannya masih 'baik-baik' saja. Sejauh ini, dia dan keluarga tidak ada yang terkena Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA). Meski demikian, rasa khawatir tetap saja menghantui, lantaran asap sampai masuk ke dalam rumah.
"Mirip kayak kalau kita goreng ikan terus gosong hampir kebakar. Nah, (aroma) asap di dalam rumah seperti itu," kata Lilly.
Advertisement
Gara-Gara Kabut Asap Pernah Libur Dua Bulan
Pengalaman seperti ini bukan baru pertama kali Lilly alami. Empat tahun yang lalu, saat itu Lilly masih duduk di bangku SMP, bencana kabut asap lebih parah dari yang sekarang.
"Jarak tiga meter saja tidak jelas saat itu," katanya.
Saat itu, lanjut Lilly, sekolah serentak meliburkan murid-muridnya kira-kira selama dua bulan atau bahkan lebih.
Sekarang, hanya masker yang bisa Lilly harapkan agar pernapasannya akibat kabut asap tidak semakin parah.
"Dan mengurangi kegiatan di luar," katanya.
"Yang enggak enaknya itu, waktu menghirup udara dan mata perih karena asap. Di dalam rumah ada asap, sih, tapi tidak separah di luar," ujar Lilly.