Yakin Ultras Loyalitas Tanpa Batas? Di Italia Malah Modus Jadi Calo Tiket

Loyalitas tidak selamanya identik dengan ultras atau suporter garis keras.

oleh Marco Tampubolon diperbarui 18 Sep 2019, 07:45 WIB
Para pendukung Juventus merayakan gelar juara Liga Serie A Italia di Turin (13/5). Tim asal Turin kini sudah mengoleksi 34 gelar scudetto. (AP Photo/Alessandro Di Marco)

Liputan6.com, Turin- Loyalitas tidak selamanya identik dengan ultras atau suporter garis keras. Faktor ekonomi dan bisnis juga ternyata tidak jarang berada di balik aksi beringas yang mereka lakukan. 

Suara lantang dan nyali besar juga bukan ukuran rasa cinta kepada klub. Sebaliknya, sikap arogan seperti ini justru malah menjadi semacam hama yang kerap menggerogoti klub. 

Di Italia, polisi belum lama ini membongkar siasat busuk dari 12 anggota ultras Juventus. Mereka telah ditangkap atas permintaan Kejaksaan Turin usai melakukan penyelidikan. 

Sperti dilansir AS, ke-12 ultras Juventus itu dituduh melakukan kekerasan dan pemerasan demi mendapatkan tiket pertandingan. Mereka juga dituduh terlibat praktik percaloan karena tiket yang didapat ternyata tidak digunakan sendiri, tapi dijual kembali kepada suporter lain. 

Menurut jaksa, modus yang mereka lakukan juga beragam. Demi mendapat keuntungan pribadi, mereka bahkan tega menekan klub sendiri. Mereka mengancam menyanyikan lagu rasis di dalam pertandingan agar Juventus dikenai denda atau kena sanksi pengurang poin. 

Tidak hanya klub yang menjadi korban, suporter atau tifosi Juventus lainnya juga bernasib sama. Mereka akhirnya enggan datang ke stadion karena enggan berurusan dengan ultras.


Dituntut Keberanian Klub

Para pendukung Juventus merayakan gelar juara Liga Serie A Italia di Turin (13/5). Juventus bermain imbang 0-0 atas Roma dan memastikan tim asuhan Massimiliano Allegri meraih scudetto. (AP Photo/Alessandro Di Marco)

Tidak tahan dengan perlakuan ini, Juventus pun menempuh jalur hukum. Tim asal Kota Turin itu berniat menuntut ke-12 anggota ultras tersebut atas aksi kekerasan dan pemerasan.

"Kami punya bukti kuat bahwa banyak hal yang didapat melalui kekerasan atau ancaman nyanyian rasis yang berpotensi melahirkan denda dan larangan bertanding," kata wakil Jaksa Agung Turin, Patrizia Caputo dalam jumpa pers yang dihadiri La Gazzetta dello Sport.

"Klub punya keberanian untuk menuntut dan itu sangat penting. Bahkan sesama tifosi (fans) juga jadi korban dari ancaman dan mereka kini enggan datang ke stadion karena tidak kuat dengan ancaman, lingkungan, dan kelakuan rasis (para anggota ultras)," beber Caputo. 

Saksikan juga video menarik di bawah ini:

 

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya