Bintang Terbesar di Alam Semesta Ditemukan, Bobotnya 700 Ribu Kali Berat Bumi

Dinamai J0740 + 6620, bintang ini 2,17 kali massa matahari atau 333.000 kali massa Bumi.

oleh Afra Augesti diperbarui 17 Sep 2019, 18:35 WIB
Ilustrasi kekuatan alam semesta (NASA)

Liputan6.com, Jakarta - Para astronom mengklaim telah menemukan bintang terbesar di alam semesta, yang bobotnya lebih dari dua kali massa matahari dan sekitar 700 ribu kali lebih berat dari Bumi.

Bintang ini dikenal sebagai bintang neutron, yaitu sisa-sisa supernova yang terkompresi. Mereka tercipta ketika bintang-bintang raksasa di jagat raya runtuh dalam peristiwa ledakan besar. Proton dan elektron dalam bintang tersebut kemudian saling melebur untuk membentuk neutron.

Dinamai J0740+6620, bintang ini 2,17 kalinya massa matahari atau 333.000 kalinya massa Bumi. Jaraknya hanya sekitar 15 mil dari Bumi.

J0740+6620 menjadi bintang neutron paling masif yang pernah terdeteksi ilmuwan. Pengukuran yang dilakukan para peneliti menitikberatkan pada seberapa besar dan padat objek tunggal ini, ketika tidak menghancurkan dirinya sendiri ke dalam lubang hitam.

Bintang J0740+6620 terdeteksi sekitar 4.600 tahun cahaya dari Bumi. Satu tahun cahaya adalah sekitar 6 triliun mil. Penulis utama studi tentang bintang ini, Thankful Cromartie yang merupakan pre-doctoral fellow di Virginia University, mengatakan penemuan tersebut memiliki implikasi yang luas bagi pemahaman tentang fisika.

"Bintang-bintang neutron sama misteriusnya dengan pesona yang mereka pancarkan. Objek-objek raksasa ini pada dasarnya adalah inti atom yang ginormous (ekstra besar)," ujar Cromartie, dikutip dari Fox News, Selasa (17/9/2019).

"Mereka begitu besar sehingga interior mereka memiliki sifat-sifat aneh. Menemukan massa fisika maksimum dari bintang ini akan memungkinkan kita mempelajari banyak hal tentang astrofisika yang masih belum bisa diakses," tambahnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini: 


Bagian dari Pulsar

Ilustrasi tabrakan dua bintang neutron. (Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatory)

Bintang neutron adalah inti bintang mati yang terbakar habis. Materialnya bahkan bisa setara dengan besarnya Gunung Everest.

Suhu rata-rata mereka amat ekstrem, yaitu sejuta derajat. Selain itu, bintang jenis ini memiliki radioaktif tingkat tinggi dan punya medan magnet yang sangat kuat.

Bintang neutron juga merupakan pulsar (bintang berdenyut di Bimasakti) yang memancarkan sinar gelombang radio, seperti lampu mercusuar saat berputar.

Para ilmuwan menggunakan efek teori relativitas Albert Einstein untuk mengukur massa bintang J0740+6620 dan massa pengorbitnya: bintang katai putih.

Studi tentang temuan tersebut telah dipublikasikan di Nature Astronomy.


Masih Meninggalkan Tanda Tanya

Hingga saat ini ilmuwan belum dapat menentukan jumlah pasti galaksi yang terdapat di alam semesta (NASA)

Green Bank Telescope (GBT) di Virginia Barat adalah teknologi yang pertama mengidentifikasi J0740+6620. Bintang ini merupakan bintang yang sangat sensitif, sehingga dapat menangkap gelombang radio yang dipancarkan milidetik setelah kelahiran alam semesta.

Para peneliti menggunakan efek teori relativitas Albert Einstein untuk menghitung massanya, berkat bintang pendamping yang mengorbit: katai putih.

Ketika katai putih melintas langsung di depan pulsar, ini menyebabkan penundaan waktu gelombang radio untuk mencapai Bumi.

Penundaan tersebut, yang disebut Efek Shapiro, disebabkan oleh gravitasi yang memungkinkan massa kedua bintang diukur secara tepat.

Co-author penelitian ini, Profesor Scott Ransom dari National Radio Astronomy Observatory di Charlottesville, Virginia, mengatakan: "Orientasi sistem bintang biner tersebut menciptakan laboratorium kosmik yang fantastis."

Ia melanjutkan: "Bintang-bintang neutron memiliki titik kritis di mana kepadatan interiornya menjadi sangat ekstrem, sehingga gaya gravitasinya sanggup melampaui kemampuan neutron untuk menahan keruntuhan lebih lanjut."

Meskipun para astronom dan fisikawan telah mempelajari objek-objek ini selama beberapa dekade, banyak pertanyaan yang belum terjawab terkait sifat interior bintang-bintang neutron ini.

Ilmuwan juga belum mengetahui apakah neutron yang hancur nantinya akan berubah menjadi cairan super (superfluid) atau terurai menjadi subatomik lainnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya