Akibat yang Ditimbulkan dari Kebakaran Hutan dan Lahan Menurut BNPB

Kebakaran hutan dan lahan yang sedang terjadi di Indonesia kini menjadi sorotan pemerintah dalam menanggulanginya.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Sep 2019, 06:30 WIB
Ilustrasi kebakaran hutan (AFP Photo)

Liputan6.com, Jakarta - Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia masih menjadi perhatian pemerintah. Pasalnya, kebakaran ini menimbulkan bencana kabut asap yang tentunya menganggu aktivitas warga dan kesehatan.

Hingga saat ini, pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjadi salah satu bagian yang terus melakukan upaya memadamkan kebakaran hutan dan lahan atau karhutla khususnya wilayah Kalimantan.

Pelaksana Tugas atau Plt Kapusdatinmas BNPB, Agus Wibowo mengaku pihaknya telah melakukan upaya pemadaman baik di darat maupun udara.

Selain itu, menurut Agus, satgas Perawatan dan Pelayanan Kesehatan terus memberikan pelayanan kesehatan untuk mengatasi ISPA akibat kabut asap.

Berikut akibat-akibat kebakaran hutan dan lahan menurut BNPB dihimpun Liputan6.com:

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Ada 140 Titik Panas Karhutla di Wilayah Kalteng

Ilustrasi Kebakaran Hutan (iStockphoto)

Sampai Senin 16 September 2019 kemarin, titik panas atau hotspot akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kalimantan Tengah berjumlah 140 titik.

"Pantauan titik panas atau hotspot berdasarkan citra satelit Aqua, Terra, dan SNPP sebanyak 140 titik," kata Plt Kapusdatinmas BNPB Agus Wibowo dalam keterangannya, Selasa (17/9/2019).

Dia menuturkan, wilayah dengan hotspot tertinggi karhutla berada di wilayah Kotawaringin Timur dengan 32 titik, Pulang Pisau 30 titik. Kemudian Kapuas 23 titik, Seruyan 17 titik, Murung Raya 16 titik.

Disusul di wilayah Katingan 9 titik, Barito Selatan 5 titik, Barito Timur 4 titik, Gunung Mas 3 titik, dan Barito Utara 1 titik.

"Prakiraan tingkat kemudahan terjadinya kebakaran di wilayah Kalteng masih dalam kategori sangat mudah terbakar," ungkap Agus.

Dia menegaskan, sampai sekarang, penanganan karhutla masih terus dilakukan. "Dengan strategi pemadaman darat, udara dan penegakan hukum," kata Agus.


80 Persen Hutan yang Terbakar Berubah Jadi Perkebunan

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo bersama Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian meninjau kebakaran hutan (Foto: Humas BNPB)

Kapolri Jenderal Tito Karnavian menemukan kejanggalan terhadap pola kebakaran hutan di Riau. Kejanggalan ini ditemukan saat Tito memantau lokasi kebakaran hutan di Kerumutan, Kabupaten Pelalawan, Riau dengan menggunakan helikopter kemarin.

Dikutip dari siaran pers Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dari pengamatan Kapolri, areal yang kebakar hanya hutan saja, sedangkan areal kebun sawit dan tanaman lainnya tidak terbakar.

Kemudian, Kepala BNPB mendapatkan laporan dari Bupati Pelalawan bahwa 80 persen wilayah kebakaran hutan dan lahan selalu berubah menjadi lahan perkebunan sawit atau tanaman industri lainnya.

Dari data hasil analisis dari situs https://fires.globalforestwatch.org/map/ tentang titik api di Indonesia dari 1 Agustus sampai 14 September 2019, menunjukkan bahwa titik api atau identik dengan lokasi kebakaran hutan terjadi di luar kawasan konsesi sawit atau hutan industri. Sebanyak 85 persen areal kebakaran diluar konsesi sawit.


Ribuan Orang Terkena ISPA

Penyakit ISPA (sumber: iStock)

Ribuan orang menderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) akibat dampak kabut asap. Hal tersebut diketahui berdasarkan data Posko Satgas Siaga Darurat Kebakaran Hutan dan lahan (karhutla) Wilayah Kalimantan Tengah, pada Senin 16 September.

Plt Kapusdatinmas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo mengatakan, satgas Perawatan dan Pelayanan Kesehatan terus memberikan pelayanan kesehatan untuk mengatasi ISPA akibat kabut asap.

"Data Posko Satgas Siaga Darurat Karhutla Wilayah Kalimantan Tengah pada Senin 16 September 2019 mencatat lebih dari 2.000 penderita ISPA," kata Agus dalam keterangannya, Selasa (17/9/2019).

Total sebanyak 2.637 jiwa yang menderita ISPA. Paling banyak korban berasal dari Palangkaraya dengan jumlah 829 jiwa.

"Sedangkan wilayah lain sebagai berikut Kotawaringin Timur 513, Murung Raya 394, Barito Utara 227, Kapuas 161, dan Kotawaringin Barat 147. Wilayah lain seperti Barito Timur, Barito Selatan, Gunung Mas, Katingan, Lamandau, Pulang Pisau, Sukamara, penderita ISPA kurang dari 100 jiwa," jelas Agus soal kabut asap.

 

(Desti Gusrina)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya