Dampak Kabut Asap pada Ibu Hamil dan Janin

Salah satu risiko bila ibu hamil terpapar kabut asap terlalu lama yakni hipoksia.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Sep 2019, 06:00 WIB
Gambar ilustrasi

Liputan6.com, Jakarta Kabut asap melanda beberapa wilayah di Sumatra dan Kalimantan berdampak pada kesehatan ibu hamil dan janin. Semakin sering ibu hamil menghirup udara yang tidak sehat meningkatkan potensi hipoksia atau yang disebut sebagai kekurangan pasokan oksigen pada sel darah.

“Menghirup udara yang buruk kemungkinan menyebabkan parunya terganggu. Jika sudah terganggu mengakibatkan infeksi paru, penumpukan gas. Yang pasti ibunya mengalami hipoksia,” jelas dr Ali Sungkar, SpOG(K) dalam jumpa media di Heart Space, Kuningan City, Jakarta pada, Selasa (17/9/19).

Kondisi hipoksia yang terjadi pada ibu hamil berdampak pula pada janin yang dikandung. Hal tersebut terjadi karena aliran darah yang diangkut oleh si ibu mengalir ke janin dalam kandungan.

“Ibunya hipoksia bagaimana dengan bayinya? Bayinya juga akan terdampak dengan aliran darah yang tidak membawa oksigen,” tambah Ali.

Kondisi kekurangan oksigen akibat paparan polusi udara pada ibu hamil sangat mengkhawatirkan khusus bagi janin dalam kandungan. Kondisi ini bisa berdampak pada ukuran bayi dalam kandungan.

“Ya ( janin jadi kecil), karena kita kurang oksigen jadi kita kurang suplai bayi oksigennya, sehingga sama saja dia (bayi) tumbuh dengan seadanya,“ paparnya.

 

Saksikan juga Video Menarik Berikut Ini


Ibu Hamil Sebaiknya Mengungsi

Jarak pandang di landasan pacu Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya hanya berkisar 100 hingga 150 meter.

Melihat kondisi kualitas udara yang buruk akibat kebakaran hutan dan lahan, Ali menyarankan ibu hamil yang berada di wilayah terdampak untuk pindah sementara waktu. 

“Sebaiknya pindah cari daerah yang lain atau ngungsi. Kalo kualitas udaranya baik silakan (tinggal),“ sarannya.

 

 

Penulis: Eflien Anggelina

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya