Liputan6.com, Jakarta - Taiwan meminta dukungan Indonesia agar dapat menghadiri pertemuan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) sebagai pengamat, pada pertemuan Majelis ke-40 yang akan diadakan di kantor pusatnya di Montreal, Kanada pada 24 September-4 Oktober 2019.
Taiwan, salah satu anggota pendiri Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), tetapi dikeluarkan dari ICAO setelah mundur dari PBB pada 1971. Pemerintah Taiwan dan 23 juta warganya tidak dapat berpartisipasi dalam pertemuan kegiatan ICAO dan berkontribusi dalam ICAO.
Partisipasi Taiwan dalam pertemuan, kegiatan dan mekanisme ICAO akan memfasilitasi Taiwan untuk mendapatkan informasi real-time. Wilayah penerbangan Taipei (Taipei FIR), yang dikelola sendiri oleh Administrasi Penerbangan Sipil Taiwan (CAA Taiwan), berbatasan dengan empat FIR lainnya (Fukuoka, Manila, Hong Kong, dan Shanghai). Demikian mengutip dari keterangan tertulis, Selasa (17/9/2019).
Selain itu terletak di lepas pantai Tiongkok antara Jepang dan Filipina, FIR Taipei menyediakan layanan penerbangan berkualitas. Pada 2018, total 92 maskapai menyediakan layanan ke dan dari Taiwan, mengoperasikan penerbangan penumpang dan kargo pada 313 rute yang menghubungkan Taiwan ke 149 Kota-kota di seluruh dunia. FIR Taipei melayani 1,75 juta penerbangan yang dikendalikan dan 68,9 juta penumpang pada 2019.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Airports Council International, Bandara Internasional Taoyuan Taiwan menempati peringkat dunia ke-11 dalam bidang volume kargo dan ke-5 pada 2018, masing-masing menempati urutan ke-4 dan ke-5 di Asia. Statistik 2018 dari International Air Transport Association menunjukkan operator Taiwan—China Airlines dan EVA Air— masing-masing berada di urutan ke-28 dan 37, dalam volume penerbangan internasional.
Taiwan menempati posisi kunci dalam transportasi penerbangan dan kontrol penerbangan sipil regional dan global. Namun, Taiwan tidak dapat berpartisipasi dalam pertemuan, mekanisme, dan kegiatan ICAO, dan dalam diskusi keselamatan penerbangan penting, layanan navigasi, keamanan ICAO.
Sehingga, Taiwan harus mencurahkan lebih banyak waktu dan sumber daya untuk memenuhi standar ICAO dan praktik yang disarankan. JikaTaiwan dapat berpartisipasi dalam ICAO.
Taiwan akan dapat mengikuti perkembangan terbaru secara tepat waktu dan komprehensif, sehingga Taiwan dapat memastikan keselamatan penerbangan dan layanan berkualitas di FIR Taipei, dan tujuan ICAO untuk penerbangan tanpa hambatan dapat terwujud.
Pada 2013, Taiwan menghadiri majelis ICAO ke-38 sebagai tamu istimewa ICAO, medapatkan pujian dan penegasan atas kontribusi yang berarti. Dalam Aturan ke-5 dari Tata Tertib Prosedur Majelis ICAO menetapkan, Negara-negara Non-Kontraktor dan internasional memang diundang untuk menghadiri sebagai pengamat.
Dengan dasar ini, ICAO telah mengundang lebih dari 40 negara yang tidak terikat kontrak dan organisasi internasional untuk menghadiri beberapa sesi majelis sebelumnya sebagai pengamat. Taiwan berharap untuk mendapatkan dukungan agar ICAO terus mengundang Taiwan untuk menghadiri sesi majelisnya.
Dengan ada lebih dari 100 penerbangan antara Taiwan dan Indonesia, Taiwan meminta bantuan berbagai pihak di Indonesia untuk mendukung Taiwan agar dapat hadiri ICAO sebagai pengamat.