Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) melepas pengiriman perdana (ekspor) talas beku asal Sulawesi Selatan (Sulsel) ke Jepang sebanyak 8,85 ton.
Sebelum dikirim, petugas Karantina Pertanian Makassar melakukan pemeriksaan dokumen dan fisik untuk memastikan produk tersebut aman dan laik, serta bebas dari hama penyakit sesuai persyaratan sanitary dan phytosanitary dari negara tujuan.
Kepala Barantan Ali Jamil mengatakan, pihaknya tidak hanya mensertifikasi produk mentah namun, juga memastikan produk pertanian olahan baik hewan maupun tumbuhan yang dikirim aman dan laik untuk dikonsumsi.
Baca Juga
Advertisement
"Untuk ekspor poin pentingnya adalah pemenuhan standar sanitary and phytosanitary measure atau SPS dari negara tujuan," ungkap Jamil dalam sebuah keterangan tertulis, Rabu (18/9/2019).
Upaya tersebut menurutnya telah dikombinasikan dengan berbagai kebijakan dan inovasi layanan perkarantinaan guna makin mempermudah dan mempercepat proses ekspor. Seperti sistem OSS, peta komofitas pertanian ekspor iMace, sistem pemeriksaan In Line Inspection, sertifikat elektronik e-cert, dan program peningkatan jumlah eksportir baru yakni Ayo Galakkan Ekspor, Generasi Milenial Bangsa (Agro Gemilang).
Menurutnya, salah satu percepatan layanan karantina dilakukan dengan penetapan gudang pemilik sebagai tempat lain untuk melakukan tindakan karantina, sehingga petugas karantina dapat melakukan pemeriksaan langsung di tempat proses.
"Ini bisa lebih efektif, sehingga kontainer tidak perlu lagi diperiksa di pelabuhan," sambungnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Potensi Pasar Ekspor
Potensi pasar ekspor ke Jepang cukup besar. Kementerian Pertanian mengungkapkan bahwa kebutuhan talas beku untuk pasar jepang sekitar 380 ribu ton per tahun, berbanding terbalik dengan potensi suplai dari Indonesia ke Jepang dan Cina yang baru dapat memenuhi 310 ribu ton.
Adapun di Jepang, talas beku ini digunakan sebagai pengganti beras dan kentang. Karakternya yang tinggi protein dan kalori tetapi rendah karbohidrat membuat umbi talas digemari masyarakat Negeri Matahari Terbit.
Business Development Japanese Customers Yield Management dari pihak pelayaran, Hirotaka Aoki, berharap pengiriman talas dari Indonesia bisa terus berlanjut. "Saya berharap eksportasi ini bisa berjalan secara kontinyu ke Jepang," tandasnya.
Advertisement