Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyarankan agar masyarakat menggunakan kain dakron yang dibasahi untuk mengurangi dampak asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di dalam ruangan.
Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Ahmad Yurianto mengatakan dua tahun lalu Kemenkes bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung membangun save community pada masyarakat salah satunya menciptakan teknologi tepat guna sederhana berupa pemasangan kain dakron yang dibasahi.
Advertisement
"Setelah diuji coba di beberapa sekolah dan dilakukan pengukuran ISPU di dalam dan di luar kelas, ternyata udara lebih baik di dalam kelas karena terpasang kain dakron," kata Yurianto seperti dikutip dari Antara, Rabu (18/9/2019).
Ahmad Yurianto yang juga akrab disapa Yuri menambahkan kebakaran hutan pada 2015 telah menyebabkan kematian pada anak. Menurut dia hal itu disebabkan gastroenteritis dan dehidrasi berat karena kurang tersedianya air bersih.
Saat itu sebenarnya episode yang diawali kekeringan dan sulit dapat air bersih sehingga yang muncul gastroenteritis. Terlambat melakukan rujukan karena memang warga takut asap di luar sehingga mengakibatkan kematian. "Informasi yang ramai meninggal karena asap padahal bukan," ungkapnya.
Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek menambahkan jika sudah mulai masuk musim kemarau, masalah utamanya adalah kekuarangan air bersih. Ia mengatakan bahwa Poltekkes sempat menciptakan teknologi tepat guna berupa penjernih air dan berhasil menjernihkan air gambut di Kalimantan.
Selain itu, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Batam empat tahun lalu juga membuat teknologi penjernih air agar bisa langsung minum. Teknologi tersebut dijadikan replika untuk daerah agar bisa mengembangkan sendiri.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Oksigen Konsentrator
Yuri mengatakan teknologi tepat guna lainnya adalah oksigen konsentrator. Tim Pusat Krisis Kesehatan sempat memantau Puskesmas Pulang Pisau, Kalimantan Tengah yang bermasalah karena kabut asap yang begitu pekat.
"Kita datangi, kita beri oksigen konsentrator kemudian Puskesmasnya kita tutup pakai kain dakron. Tim Pusat Krisis Kesehatan akan mengecek lagi ke sana," tambah Yuri.
Rencananya oksigen konsentrator ini akan digunakan oleh Puskesmas apabila hasil yang didapatkan bisa lebih baik.
Menkes Nila mengatakan teknologi tepat guna ini bisa dijadikan contoh untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan akibat Karhutla.
"Ini bisa kita manfaatkan sebaik-baiknya. Bisa kita gunakan untuk masyarakat. Jangan sampai kita telat lagi dalam pencegahan," tambahnya.
Advertisement