Korsel Umumkan Temuan Kasus Flu Babi Afrika untuk Pertama Kali

Untuk pertama kalinya, kasus flu babi Afrika di Korsel diungkap.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 19 Sep 2019, 12:00 WIB
Ilustrasi flu babi (Sumber: Istockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Korea Selatan (Korsel) meminta masyarakat lebih waspada terhadap penyakit yang ditularkan dari hewan, usai ditemukannya wabah flu babi Afrika di sebuah peternakan di Paju, sebuah kota di Propinsi Gyeonggi.

Kementerian Pertanian (Kementan) setempat menyatakan bahwa kasus flu babi Afrika tersebut merupakan yang pertama kalinya di Korsel. Kurang dari empat bulan sebelumnya, negara tetangga yakni Korea Utara melaporkan kasus pertamanya di akhir Mei.

Dilansir dari Channel News Asia pada Kamis (19/9/2019), Kim Hyeon-soo, Menteri Pertanian Korsel mengungkapkan sekitar 4 ribu babi di peternakan itu akan dimusnahkan untuk mencegah penyebaran virus.

"Kami akan melakukan segala upaya untuk menghentikan penyebaran flu babi Afrika melalui tindakan disinfeksi cepat," kata Kim.

Selain itu, Kementan juga melarang distribusi babi dan ternak lain yang terkait kasus itu secara nasional dan diterapkan dalam 48 jam. Pemerintah juga akan mencari tahu sumber virus.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini


Harga Daging Babi Naik

Ilustrasi daging babi (iStockphoto)

Dikutip dari Straits Times, hingga Selasa kemarin, sudah ada lima ekor babi yang mati di Paju.

Meskipun daerah tersebut dekat dengan wilayah Korut, pejabat kementerian menyatakan bahwa belum pasti virus tersebut berasal dari daerah kekuasaan Kim Jong-Un itu.

"Pada titik ini, masih terlalu dini untuk mengonfirmasi apakah kasus itu berasal dari Utara," kata pejabat tersebut kepada AFP.

Namun, bukan tidak mungkin itu terjadi. Juni lalu, pemerintahan di Seoul meminta agar pagar-pagar didirikan di peternakan yang berada di sepanjang perbatasan Korsel dan Korut, untuk mencegah kontak antara babi dan babi hutan.

Beberapa pakar menyebut bahwa ternak babi yang mengalami penyakit di Korut tertular dari Tiongkok. Beberapa bulan lalu, Food and Agricultural Organisation (FAO) menyatakan, harga daging babi Tiongkok naik 50 persen akibat wabah tersebut.

Meski tidak mempengaruhi manusia, penyakit ini sangat menular dan mematikan di antara hewan babi. Selain itu, belum ada vaksin untuk mencegah kondisi tersebut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya