Liputan6.com, Jakarta - Industri bumbu makanan Indonesia terus menunjukkan tren positif. Hal ini seiring dengan tumbuhnya industri makanan di dalam negeri.
General Manajer Marketing PT Sasa Inti, Albert Dinata mengatakan, industri bumbu makanan siap pakai punya peluang untuk terus tumbuh. Terlebih, melihat tipikal masyarakat Indonesia yang lekat akan bumbu dan rempah-rempah dalam sajian makanannya.
"Peluang untuk di kategori ini sangat besar sekali, apalagi kami melihat respon masyarakat positif terhadap produk ini. Seperti yang kita ketahui bersama saat ini konsumen sangat menghargai kepraktisan dalam segala hal, nah produk ini menawarkan kepraktisan dalam memasak namun tetap memberikan hasil yang tetap konsisten," ungkap dia di Jakarta, Rabu (18/9/201).
Baca Juga
Advertisement
Bahkan pada tahun ini, lanjut dia, industri bumbu makanan khususnya Sasa diprediksi bisa tumbuh hingga 30 persen.
"Tahun 2019 ini kami antara 25 persen-30 persen growth dan pencapaian tahun ini masih on track," kata dia.
Selain itu di pasar dalam negeri, kata Albert, bumbu makanan produksi Sasa juga telah diekspor ke sejumlah negara. Kinerja ekspor ini juga diyakini terus tumbuh di tahun-tahun mendatang.
"Sasa sudah mendistribusikan produk-produknya ke beberapa negara, dan kontribusi terbesar adalah negara Africa, Saudi Arabia dan Asia. Kami mentargetkan double digit growth," tutur dia.
Tak Hanya itu, pada tahun ini PT Sasa Inti juga penghargaan category The Best Innovation in Marketing, dalam acara Marketing Award 2019.
"Penghargaan Marketing Award 2019 ini merupakan suatu bentuk apresiasi masyarakat terhadap Sasa atas keberhasilannya menciptakan dan memasarkan produk inovasi terbaru guna melengkapi kebutuhan masyarakat," tutup Albert.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Industri Makanan dan Minuman Kekurangan Pasokan Garam
Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), Adhi S. Lukman, mengatakan bahwa saat ini industri makanan dan minuman (mamin) tengah mengalami kekurangan pasokan garam untuk produksi. Kuota garam sebesar 300.000 ton untuk industri mamin diakuinya tidak cukup.
"Karena di rakortas Kemenko (Perekonomian) untuk mamin dapat 300 ribuan. Ini sudah habis," ujar dia, saat ditemui, di Jakarta, Rabu (17/7/2019).
Menurut dia, kebutuhan garam industri mamin dalam satu tahun mencapai 550.000 ton. Karena itu masih ada kekurangan sebesar 250.000 ton. Saat ini pihak sudah mengajukan tambahan pasokan garam.
"Ya kalau (garam) lokal ada kita pasti beli. Kebanyakan stok (garam lokal) yang ada kadar airnya tinggi, kita butuh untuk industri mamin yang kadar air 0,5 persen yang ada di atas 4 persen," jelas dia.
Terkait adanya dugaan garam impor yang merembes ke pasar tradisional, dia meminta supaya pemerintah dapat menindak tegas oknum-oknum yang melakukan pelanggaran.
Kalau merembes saya minta pemerintah menindak supaya tidak mengganggu sisten keseluruhan. Yang kerjanya benar jadi rugi. Kalau nakal silakan ditindak, penegakkan hukum," tegas dia.
Reporter: Wilfridus Setu Embu
Sumber: Merdeka.com
Advertisement