Pesawat Berkeliling di Langit Pekanbaru dalam Kepungan Kabut Asap

Kabut asap hasil kebakaran hutan dan lahan membuat satu pesawat berputar-putar di langit Pekanbaru karena jarak pandang memburuk.

oleh M Syukur diperbarui 19 Sep 2019, 03:00 WIB
Sejumlah pesawat mendarat di Bandara Pekanbaru setelah kabut asap menipis dan membuat jarak pandang aman. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - Pesawat Batik Air dari Jakarta tujuan Pekanbaru terlambat sekitar satu jam mendarat di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II karena kabut asap hasil kebakaran hutan dan lahan. Pesawat itu sempat berputar-putar di langit Pekanbaru karena jarak pandang memburuk.

Berdasarkan pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) stasiun di Pekanbaru, jarak pandang di landasan pacu pada Rabu (18/9/2019) hanya 500 meter karena kabut asap. Angka itu termasuk kategori tidak aman mendarat.

Pesawat itu, setelah berputar-putar, akhirnya mendarat setelah jarak pandang dirasa aman mendarat. Hal itu berdasarkan pertimbangan dari menara pantau bandara serta pilot.

Menurut Executive General Manager Angkasa Pura II Bandara Pekanbaru, Yogi Prasetyo Suandi, ada prosedur holding atau pesawat bertahan di udara. Pesawat selanjutnya akan mendarat jika jarak pandang sudah mencapai 800 meter ke atas.

"Karena jarak pandang di bandara itu fluktuatif atau berubah-ubah, ada prosedur holding. Namun, saat ini sudah aman untuk mendarat," kata Yogi di Pekanbaru, Rabu siang.

Dia menjelaskan, hingga siang sudah ada 10 pesawat mendarat dan 10 pesawat berangkat dari Pekanbaru dengan tujuan berbeda-beda. Hal ini terjadi karena semakin siang jarak pandang tidak seburuk pagi hari.

Yogi mengakui ada beberapa pesawat delay atau tidak datang sesuai jadwal ditentukan. Ada beberapa alasan yang tidak hanya disebabkan kabut asap atau bandara menyebutnya akibat cuaca.

"Ada juga karena alasan operasional dari air line sendiri, lebih pastinya maskapai yang mengetahui," sebut Yogi.

Yogi menegaskan, keselamatan merupakan hal sangat penting bagi bandara dalam mengatur pendaratan. Jika tidak memungkinkan karena jarak pandang memburuk, ada prosedur holding atau pesawat menunda mendarat atau berangkat.

"Namun secara umum operasional bandara masih aman, begitu juga dengan penerbangan dengan kondisi jarak pandang fluktuatif," ungkap Yogi.


Belajar di Rumah

Suasana di parkiran Bandara SSK II Pekanbaru yang diselimuti kabut asap hasil kebakaran hutan dan lahan. (Liputan6.com/M Syukur)

Di sisi lain karena kabut asap, aktivitas pendidikan di Pekanbaru belum berjalan. Libur untuk belajar di ruangan diperpanjang hingga Kamis, 19 September 2019.

Libur belajar ini diberlakukan untuk tingkat pendidikan anak usia dini, taman kanak-kanak, sekolah dasar, hingga sekolah menengah pertama oleh Pemerintah Kota Pekanbaru. Untuk sekolah menengah atas juga diliburkan Pemerintah Provinsi Riau.

Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru Abdul Jamal, libur diperpanjang menimbang dan perkembangan kabut asap yang belum membaik. Kualitas udara masih tidak sehat oleh partikel hasil Karhutla Riau itu.

"Apabila cuaca membaik dan kabut asap menghilang maka akan ada pengumuman susulan," sebut Jamal.

Selama libur berlangsung, pihak sekolah dan orang tua diminta mengontrol proses belajar di rumah. Guru diminta memberikan tugas bagi peserta didik agar tidak keluar rumah selama kabut asap ada.

Jamal mengakui, libur sekolah yang sudah memasuki pekan kedua ini membuat anak-anak banyak tertinggal pelajaran. Oleh karena itu, orangtua diminta ke sekolah menemui para guru.

"Guru sudah diminta membuat pekerjaan rumah, orangtua menjemput ke sekolah pada pagi harinya," sebut Jamal.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Sejumlah kendaraan melintas saat kabut asap menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (10/9/2019). Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tersebut menurunkan jarak pandang dan kualitas udara turun ke status tidak sehat. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya