Pemilu Israel, PM Petahana Bersaing Ketat dengan Kandidat Baru

Menurut survei pasca-pemungutan, partai pimpinan perdana menteri petahana bersaing ketat dengan partai yang dipimpin oleh kandidat baru.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 18 Sep 2019, 18:35 WIB
PM Israel Benjamin Netanyahu memberi sambutan saat peresmian Kedubes Guatemala di Yerusalem, Rabu (16/5). Netanyahu menyebut peresmian tersebut adalah tepat karena Guatemala menjadi negara kedua yang mengakui Israel pada 1948. (Ronen Zvulun/Pool via AP)

Liputan6.com, Tel Aviv - Israel telah mengadakan pemilu --untuk kedua kalinya dalam 2019-- pada 17 September kemarin. Dan, menurut survei pasca-pemungutan, partai pimpinan perdana menteri petahana bersaing ketat dengan partai yang dipimpin oleh kandidat baru.

Partai PM inkumben Benjamin Netanyahu dan penantang utamanya, Benny Gantz, masing-masing meraih 32 kursi di Knesset atau Parlemen Israel, menurut survei dari lembaga siaran publik Kan seperti dikutip dari BBC, Rabu (18/9/2019).

Seorang perdana menteri perlu memimpin mayoritas 61 kursi di parlemen.

Di lain pihak, Partai Yisrael Beiteinu yang lebih kecil tampaknya memiliki daya tawar sebagai penyeimbang kekuatan di Parlemen Israel.

Hasil parsial resmi diharapkan rilis pada Rabu 18 September pagi waktu lokal.

Simak video pilihan berikut:


Mengejar Jabatan ke-5

PM Israel Benjamin Netanyahu menunjukkan peta Timur Tengah saat diskusi panel di Konferensi Keamanan Munich (18/2). Netanyahu menyatakan Israel bisa bertindak langsung melawan Iran. (AFP/ MSC Munich Security Conference / Lennart Preiss)

Benjamin Netanyahu, pemimpin terlama Israel, berlomba untuk memenangkan rekor masa jabatan kelima.

Netanyahu, yang memimpin partai sayap kanan Likud, telah berjanji untuk mencaplok permukiman Yahudi dan wilayah lain di Tepi Barat yang diduduki jika ia kembali berkuasa.

Orang-orang Palestina, yang mencari sebuah negara di Tepi Barat dan Gaza, dengan ibukotanya di Yerusalem Timur yang diduduki, telah memperingatkan langkah semacam itu akan membunuh harapan perdamaian.

Gantz, yang memimpin Partai Sentris Biru dan Putih, belum menganjurkan bentuk aneksasi apa pun meskipun posisinya tentang pembentukan negara Palestina tidak jelas.

Namun, untuk status Yerusalem, Gantz menyebut bahwa kota --yang dipersengketakan-- itu adalah ibu kota Israel.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya