Mengenal Kalsium Oksida, Bahan Kimia yang Disebut Bisa Hilangkan Kabut Asap Karhutla

Penggunaan kalsium oksida bisa hilangkan kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 19 Sep 2019, 15:00 WIB
BNPB berkolaborasi dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan BMKG menerapkan modifikasi teknologi sebagai upaya menghilangkan asap karhutla menggunakan Kalsium Oksida. (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Liputan6.com, Jakarta Demi menghilangkan kabut asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla), hujan buatan bukan hanya satu-satunya upaya yang dilakukan. Sebuah teknologi baru tengah dilakukan menyingkirkan kabut asap sehingga tidak makin meluas.

Hal tersebut meminimalisirkan dampak kabut asap terhadap masyarakat. Teknologi baru menggunakan kalsium oksida atau yang dikenal kapur tohor aktif (CaO). Bahan kimia tersebut bersifat eksotermis (mengeluarkan panas).

Penggunaan kalsium oksida merupakan kerjasama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berkolaborasi dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

"Modifikasi teknologi sebagai upaya menghilangkan kabut asap karhutla menggunakan kalsium oksida atau kapur tohor aktif (CaO). Kapur tohor ditaburkan pada gumpalan kabut asap sehingga mengurai partikel karhutla dan gas," jelas Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT Tri Handoko Seto melalui keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Kamis (19/9/2019).

"Setelah bahan kimia itu ditaburkan, kabut asap akan hilang. Lalu radiasi matahari bisa menembus ke permukaan bumi."

BNPB berkolaborasi dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan BMKG menerapkan modifikasi teknologi sebagai upaya menghilangkan asap karhutla menggunakan Kalsium Oksida. (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Simak Video Menarik Berikut Ini:


Konsentrasi Asap Berkurang

BNPB berkolaborasi dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan BMKG menerapkan modifikasi teknologi sebagai upaya menghilangkan asap karhutla menggunakan Kalsium Oksida. (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Handoko menyampaikan, radiasi matahari tidak bisa menembus ke permukaan bumi karena terhalang kabut asap karhutla. Awan pun susah terbentuk karena penguapan terhambat.

"Adanya kapur tohor aktif ini diharapkan konsentrasi asap berkurang sehingga awan terbentuk dan garam bisa ditebar untuk (menghasilkan) hujan buatan," ujarnya.

Pihak BPPT telah menyiapkan 40 ton kapur tohor aktif yang sudah disiagakan di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur sejak 17 September 2019. Setelah mendapat arahan, BPPT bisa menerbangkan kapur tersebut ke beberapa provinsi terdampak karhutla, seperti Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan.

Untuk menaburkan kapur, BPPT akan menggunakan tiga jenis pesawat, yaitu pesawat Cassa 212 dengan kapasitas 800 kg, CN 295 dengan kapasitas 2.4 ton, dan pesawat Hercules C 130 dengan kapasitas 4 sampai 5 ton.


Pertumbuhan Awan Hujan Sulit

BNPB berkolaborasi dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan BMKG menerapkan modifikasi teknologi sebagai upaya menghilangkan asap karhutla menggunakan Kalsium Oksida. (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Jika hanya mengandalkan teknologi modifikasi cuaca atau hujan buatan saja termasuk sulit. Kabut asap pekat karhutla menjadi faktor penghambat proses penguapan.

"Padahal, proses penguapan sebagai syarat terbentuknya awan. Asap karhutla tertahan dan melayang di angkasa sehingga sinar matahari tidak menembus ke permukaan bumi. Proses penguapan air jadi terhambat," Handoko menerangkan.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memantau potensi pertumbuhan awan memang masih sulit terjadi. Sementara itu, upaya penyemaian garam (NaCl) sebagai syarat menghasilkan hujan buatan sendiri dibutuhkan awan yang mencapai konsentrasi minimal 80 persen.


Hujan pun Turun

Operasi pemadaman karhutla proses hujan buatan sukses dilakukan di Riau dan Kalimantan Tengah pada Rabu (18/9/2019). (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Di sisi lain, kabar menggembirakan pada Rabu (18/09/2019) menunjukkan, operasi pemadaman karhutla proses hujan buatan sukses dilakukan di Riau dan Kalimantan Tengah. Pesawat CN 295 melakukan penerbangan menyemai awan pada pukul 13.30 - 15.45 Wib di Kabupaten Katingan, utara Palangkaraya dan Kabupaten Kapuas.

Pelaksana harian Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo menyampaikan, pesawat terbang pada ketinggian 8.000 kaki dan menghabiskan bahan semai garam NaCl sebanyak 1.500 kg.

Di Riau, pesawat Hercules C-130 melakukan penyemaian dengan menabur garam NaCl sebanyak 3.4 ton di daerah Dumai, Rohil, dan Padang Sidempuan, Sumatera Utara sesuai potensi pertumbuhan awan yang menghasilkan hujan.

"Akhirnya, hujan turun di Dumai, tepatnya di Kelurahan Batu Teritip, yang berbatasan dengan Rohil. Hujan turun kurang lebih 30 menit dengan intensitas sedang. Operasi hujan buatan akan terus dilakukan di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Sudah disediakan tiga pesawat bantuan TNI, yakni dua pesawat di Pekanbaru dan satu pesawat di Palangkaraya," tambah Agus dalam keterangan tertulisnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya