Cerita Gautam Sinha Sukseskan Transformasi Media ke Platform Konsumen Digital

Berdasarkan laporan tahun 2019, Times Internet membukukan pendapatan Rs 1,359 crore atau setara Rp 2,6 triliun. Pendapatan ini tumbuh 40 persen dibandingkan tahun lalu.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 19 Sep 2019, 16:00 WIB
Bos Times Internet India Gautam Sinha yang sukses mentransformasi digital perusahaannya dari media konvensional ke platform digital untuk konsumen (Foto: afaqs)

Liputan6.com, Jakarta - Transformasi digital menjadi hal yang perlu dilakukan oleh perusahaan di era yang serba digital ini. Selain untuk efisiensi, transformasi digital pada perusahaan juga memudahkan operasional bisnis.

Salah satu contoh nyata kesuksesan transformasi digital adalah perusahaan publikasi media digital The Times of India Group yang bertransformasi menjadi platform konsumen digital.

Dalam wawancara CEO Times Internet Gautam Sinha dengan afaqs, diungkapkan berdasarkan laporan tahun 2019, Times Internet membukukan pendapatan Rs 1,359 crore atau setara Rp 2,6 triliun. Pendapatan ini tumbuh 40 persen dibandingkan tahun lalu.

Times Internet kini mempekerjakan lebih dari 5.400 orang dan memiliki sejumlah brand seperti Times of India, Economic Times, Cricbuzz, Gaana, MX Player, Dineout, IndiaTimes, hingga MensXP.

Bagaimana Kisah Suksesnya?

Gautam Sinha bercerita ia masuk perusahaan pada 2007 sebagai CTO. Ia datang untuk menggerakkan aspek teknologi di grup Times Internet, termasuk membangun cloud pribadi pertama pada 2019. Ia berkata, jika ingin maju dalam teknologi, semuanya harus dibangun di perusahaan.

Kemudian, pada akhir 2009, Satyan yang menjadi Chairman Times Internet bergabung dan mulai mengembangkan visi untuk 10 tahun ke depan.

"Kami sepakat, perusahaan yang sukses selama 108 tahun belum tentu akan sukses di masa depan. Di situlah perlunya bangunan transformasi digital Times Internet diletakkan," kata Sinha.

Sinha dan mitranya berpikir dan merancang teknologi apa yang kiranya bakal tetap relevan hingga 50 tahun ke depan. Mereka juga terus bertanya pada diri sendiri mengenai cara menghasilkan penghasilan di dunia digital.

"Salah satunya juga pertanyaan, bagaimana perpanjangan dari perusahaan media cetak menjadi masa depan grup," tuturnya.


4 Vertikal Inti Media yang Terpenting

Ilustrasi mengatur keuangan.

Sinha mengatakan, dirinya melihat ada empat inti vertikal di bisnis media. Pertama ada news atau berita. Kemudian ada musik yang kini jadi kian penting seiring dengan penetrasi internet dan smartphone yang kian tinggi.

Ketiga, ada sport yang terus dikembangkan dan terakhir adalah video. Sinha mengatakan, pada 2016-2017, perusahaannya mengakuisisi MX Video Player.

Setahun terakhir, Times Internet mengubah MX video player menjadi OTT platform streaming. MX dikembangkan oleh seorang engineer di Korea Selatan, Dr Kim, sebagai video player dan diakuisisi oleh orang Tiongkok pada 2016.

Namun, menurut Sinha, orang Tiongkok tersebut tak tahu bagaimana cara menggunakan dan memonetisasi produk. Padahal, MX selalu dipakai di India karena berfungsi dengan baik di perangkat dengan internet berkecepatan rendah. Bahkan, Sinha menyebut, MX telah memiliki 70 juta pengguna aktif harian.

Sinha menyebut, ketika Times Internet sudah kuat di keempat produk vertikal tersebut, masalah utamanya berubah menjadi bagaimana cara meningkatkan Average Revenue Per Unique User (ARPU) di antar jaringan.

"Jumlah penggunanya banyak, sekitar 450 juta pengguna aktif bulanan. Kini tinggal memikirkan masalah monetisasinya," kata Sinha.


Bagaimana Mengubah Media Tradisional Jadi Platform Digital?

Ilustraasi foto Liputan 6

Sinha pun bercerita, pada 2011, Times Internet mulai sadar harus berubah.

"Kami melihat kompetitor di luar sangatlah muda, penuh talenta, dan punya banyak pendanaan. Jika kita begini-begini saja, kita akan selesai tidak lama lagi. Jadi kami perlu bermitra dengan pihak luar dan menciptakan budaya berkembang dari dalam," katanya.

Sinha mengungkapkan, tak ada rahasia yang membuat transformasi digitalnya sukses. Namun, ada sejumlah praktik baku yang dapat dilakukan.

"Di dunia digital, kami merasa harus berkompetisi dengan wirausahawan. Pada level kepemimpinan itu, kami mulai mengajak para entrepreneur untuk menjalankan bisnis kami. Mereka memiliki keberanian menetapkan target pertumbuhan yang besar," katanya.

Kini, menurut Sinha, 85-90 persen bisnis perusahaan dijalankan oleh entrepreneur dengan produk dan latar belakang teknologi yang kuat.

Kunci bagi perusahaan adalah memberikan banyak kebebasan bagi para entrepreneur yang menggerakkan bisnis perusahaan.

"Tiap perusahaan di dalam Times Internet ini memiliki budaya masing-masing, yang dipengaruhi oleh pemimpinnya. Di mana, semua orang memiliki kesempatan bekerja di mana pun, mengecat tembok dengan warna tertentu, bahkan tampilan gedung yang berbeda-beda. Itu yang diinginkan para entrepreneur," katanya.


Biaya Langganan

Ilustrasi tablet, tablet Android. Kredit: Karolina Grabowska via Pixabay

Sinha mengatakan, 2-3 tahun lalu, perusahaan banyak bereksperimen dengan metode berlangganan. Di mana, subskripsi atau langganan menjadi sumber pendapatan bagi sebagian bisnis media di dalam Times Internet.

"Gaana misalnya, memiliki saluran berlangganan. Kami meluncurkan ET Prime, kami pindah ke Times Prime dan menjadi pemain besar. Kami menilai, langganan sebagai sumber pendapatan untuk industri," ujar Sinha.

Sinha mengatakan, di India, biaya langganan merupakan hal yang sulit didorong, terutama jika bicara mengenai langganan akses media.

Sinha pun menyebutkan sejumlah resep yang bisa diikuti oleh pihak lain yang ingin sukses dalam transformasi.

"Semua orang meningkatkan kekuatan mereka, itu hal yang sudah benar. Sekali lagi, mengkopi apa yang dilakukan oleh perusahaan lain tak akan membuat bisnis berhasil," kata dia.

Ia juga menekankan bahwa meningkatkan loyalitas pelanggan adalah hal terpenting.

"Milikilah pengguna yang ada di berbagai kategori. Mereka inilah yang akan membantu kamu memonetisasi bisnis," tuturnya.

(Tin/Isk)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya