Data Surabaya: Faktor Ini Jadi Pemicu Utama Perceraian

Perkara perceraian yang Pengadilan Agama terima pada 2018 di Surabaya berjumlah 6.153.

oleh Liputan Enam diperbarui 20 Sep 2019, 04:00 WIB
Ilustraasi foto Liputan 6

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mengungkapkan, angka perceraian Jawa Timur menempati posisi tertinggi dibandingkan Jawa Tengah maupun Jawa Barat. Setiap daerah memiliki alasan perceraian yang berbeda-beda.

"PR kita bersama, angka perceraian di Jawa Timur yang tertinggi. Penyebab perceraian di Jawa Timur karena tidak harmonis, bukan karena faktor ekonomi tapi ada wanita idaman lain," kata Khofifah dalam acara Konsolidasi Perencanaan dan Penganggaran BKKBN di Surabaya, Senin malam, 16 September 2019, dilansir Antara.

Untuk Ibu Kota Jawa Timur sendiri, Data Surabaya menunjukkan faktor ekonomi sebagai penyebab perceraian tertinggi pada 2018. Sedangkan alasan terbanyak kedua adalah hubungan yang tidak harmonis.

Melansir data BPS Surabaya untuk Surabaya Dalam Angka 2019, banyaknya perkara perceraian yang Pengadilan Agama terima pada 2018 di Surabaya berjumlah 6.153. Angka ini meningkat bila dibandingkan tahun sebelumnya mencapai 5.556.

Data Surabaya mencatat terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya perceraian. Penyebab perceraian tertinggi pada 2018 adalah faktor ekonomi. Faktor ekonomi menempati penyebab tertinggi dengan angka 1.832. Faktor ekonomi sebagai penyebab perceraian meningkat drastis sejak 2016.

Faktor lain yang mendominasi penyebab perceraian di Surabaya adalah hubungan yang tidak harmonis. Faktor ini menempati posisi kedua setelah ekonomi dengan angka 1.515. Sedangkan penyebab terbanyak ketiga lainnya adalah adanya gangguan pihak ketiga dengan angka 818.

(Kezia Priscilla, mahasiswi UMN)

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Data Surabaya: Tiga Tahun Terakhir Wanita Surabaya Mendominasi

Ilustrasi Big Data (iStockphoto)

Sebelumnya, Surabaya adalah salah satu kota metropolitan di Indonesia. Surabaya menempati posisi kedua sebagai kota dengan populasi terbanyak di Indonesia setelah Jakarta. Data Surabaya menunjukkan, jumlah penduduk Kota Surabaya pada 2018 mencapai 3.094.732. Angka ini selalu mengalami kenaikan dari tahun-tahun sebelumnya.

Perbandingan jumlah penduduk perempuan dan laki-laki di Surabaya selalu dinamis. Menurut data dari BPS Surabaya yang dikutip Rabu (10/9/2019), pada 2014 dan 2015 jumlah penduduk laki-laki Surabaya menempati posisi lebih banyak. Namun, melihat data tiga tahun terakhir, jumlah perempuan di kota ini mendominasi daripada laki-laki.

Sejak 2016, jumlah penduduk dengan jenis kelamin perempuan selalu lebih tinggi. Pada 2018, jumlah perempuan di Surabaya mencapai 1.552.994. Sedangkan penduduk berjenis kelamin laki-laki di Surabaya pada 2018 hanya berjumlah 1.541.738.

Jumlah penduduk Surabaya dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 1.534.438 jiwa dan perempuan sebanyak 1.540.445 jiwa pada 2017.Pada 2016, data Surabaya mengutip BPS menunjukkan jumlah penduduk Surabaya dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 1.507.474  jiwa dan perempuan sebanyak 1.509.179 jiwa.

Di sisi lain, kecamatan di Surabaya yang paling banyak penghuninya adalah Kecamatan Tambaksari, Surabaya Timur. Secara total, jumlah penduduk di kecamatan ini sebesar 234.473.

Sedangkan untuk kecamatan yang jumlah penduduknya paling sedikit pada 2018 adalah Kecamatan Bulak, Surabaya Utara. Jumlah penduduk di kecamatan ini hanyalah berjumlah 45.211.

(Kezia Priscilla, mahasiswi UMN)

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya