Upaya Jokowi Padamkan Api Kebakaran Hutan dan Lahan, Berhasilkah?

Tak tinggal diam, Jokowi mengaku sudah melakukan berbagai upaya untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Sep 2019, 10:19 WIB
Presiden Joko Widodo atau Jokowi memeriksa kerusakan akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Pekanbaru, Riau, Selasa (17/9/2019). Jokowi menegaskan pentingnya menjaga komitmen agar karhutla tak terjadi lagi. (Handout/Indonesian Presidential Palace/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Kebakaran hutan dan lahan yang saat ini terjadi nampaknya semakin parah. Imbas asap kebakaran hutan bahkan mengotori udara hampir di seluruh Provinsi Sumatera hingga Malaysia dan Singapura.

Presiden Joko Widodo atau Jokowi pun sudah melihat langsung lokasi kebakaran hutan dan lahan di Pekanbaru, Riau. Ia didesak untuk segera mengatasi masalah tersebut.

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), ada sekitar 2.862 titik api yang tersebar di beberapa wilayah, seperti Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, dan Kepulauan Riau.

Titik api itu juga tersebar di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Semenanjung Malaysia, Serawak Malaysia, hingga Singapura.

Tak tinggal diam, Jokowi mengaku sudah melakukan berbagai upaya untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan yang langganan tiap tahun terjadi.

Butuh keseriusan untuk mengatasi masalah kebakaran hutan yang makin meluas. Berikut cara-cara pemerintah mengatasi kebakaran hutan dan lahan. Apakah sudah berhasil?

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Melakukan Water Bombing

Water bombing yang dilakukan Satgas Karhutla Riau untuk memadamkan kebakaran lahan. (Liputan6.com/M Syukur)

Presiden Jokowi mengklaim pemerintah sudah melakukan segala cara agar kebakaran hutan segera padam.

"Segala usaha sudah dilakukan. Yang di darat (pemadaman) sudah semuanya, tambahan pasukan kemarin sudah saya perintahkan juga. Kemarin datang totalnya 5.600 (pasukan)," ujar Jokowi.

Jokowi mengatakan, pemerintah terus melakukan water bombing di lokasi karhutla. Setidaknya, sebanyak 52 pesawat dikerahkan untuk melakukan pemadaman tersebut. Hujan buatan di sekitar lokasi kebakaran juga akan sudah disiapkan sebagai opsi lain.

"Ini mau berangkat (pesawat penyemai) hujan buatan. Hari Jumat lalu juga sudah kita perintahkan, sudah diterbangkan dan alhamdulillah saat itu di Indragiri Hilir juga hujan turun. Ini sekarang kita lakukan lagi menabur garam," ungkap Jokowi.

"Karena awannya ada kita berdoa semoga nanti juga jadi hujan, insya Allah di hari ini," sambung dia.

 


Teknik Modifikasi Cuaca

Upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan di Riau, dengan water bombing. (Liputan6.com/M Syukur)

Tak hanya water bombing, pemerintah juga melakukan Teknik Modifikasi Cuaca atau TMC untuk padamkan kebakaran lahan dan hutan. TMC atau hujan buatan ini disinyalir mampu memadamkan kebakaran dengan menggunakan teknologi.

"Dengan pelaksanaan hujan buatan ini, kami juga berupaya melakukan manajemen mitigasi bencana, melalui solusi teknologi modifikasi cuaca," kata Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza.

Teknik Modifikasi Cuaca ini dilakukan dengan cara menabuh garam di atas awan yang berpotensi hujan. Sehingga keberhasilan modifikasi cuaca sangat tergantung keberadaan awan.

Tanpa adanya awan, maka penyemaian pun sulit dilakukan. Selain itu, tebalnya asap dari kebakaran hutan juga menjadi kendala. Modifikasi cuaca akan dilakukan saat kondisi cuaca memungkinkan untuk dilakukan penyemaian garam di awan.

 


Gunakan Kalsium Oksida

Pemadaman kebakaran hutan di Gunung Arjuno butuh dukungan water bombing atau bom air dari udara (BPBD Kota Batu)

BNPB, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menggunakan kalsium oksida atau kapur tohor aktif (CaO) untuk menghilangkan asap akibat kebakaran hutan dan lahan.

Kapur tohor bersifat eksotermis atau mengeluarkan panas diharapkan asap yang mengganggu proses pemadaman kebakaran hutan dan lahan melalui teknologi modifikasi cuaca atau hujan buatan.

Kabut asap pekat imbas kebakaran hutan dan lahan menghambat proses penguapan sebagai syarat terbentuknya awan untuk menghasilkan hujan buatan.

Dalam proses itu, asap akibat kebakaran hutan dan lahan tertahan sehingga sinar matahari tidak tembus ke bumi dan proses penguapan air terhambat.

Sedangkan upaya penyemaian garam (NaCl) sebagai syarat untuk membuat hujan buatan membutuhkan awan yang mencapai minimal 80 persen.

"Kapur tohor ditaburkan di gumpalan asap sehingga dapat mengurai partikel karhutla dan gas. Akibatnya asap hilang dan radiasi matahari bisa menembus ke permukaan bumi, jadi awan susah terbentuk karena penguapan terhambat. Dengan kapur tohor aktif ini diharapkan konsentrasi asap berkurang, awan terbentuk, dan garam bisa ditebar untuk hujan buatan," ujar Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT Tri Handoko Seto.

 

Reporter : Fellyanda Suci Agiesta

Sumber : Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya