Bulog Rampungkan Impor 18 Ribu Ton Daging Kerbau Akhir Tahun Ini

Bulog mendapat jatah impor 80 ribu ton daging kerbau sepanjang tahun 2019.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 20 Sep 2019, 14:53 WIB
Pedagang musiman memotong daging sapi dan kerbau di Pasar Ciledug, Tangerang, Rabu (13/6). Pada H-2 Idul Fitri, harga daging sapi mengalami kenaikan hingga mencapai Rp 140 ribu per kilogram. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Perum Bulog akan mendatangkan sisa jatah impor daging kerbau sebesar 18 ribu ton secara bertahap hingga akhir tahun ini. Adapun pada 2019, perusahaan plat merah ini mendapat wewenang untuk mengimpor 80 ribu ton daging kerbau untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging di dalam negeri.

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menjelaskan, pihaknya hanya mendapat jatah impor 80 ribu ton daging kerbau, bukan 100 ribu ton seperti yang banyak diberitakan. Saat ini, Bulog disebutnya telah gencar mendatangkan daging sapi dari luar sehingga hanya tinggal menyelesaikan sisa kuota sebanyak 18 ribu ton.

"Tidak 100 ribu (ton), 80 ribu ton, itu karena dipotong kuota 20 ribu ton untuk ditukar daging sapi Brasil, sehingga kita punya kuota 80 ribu ton, sisa 18 ribu ton, ini sudah bertahap, kita prediksi Desember awal bertahap datang semua," ujar pria yang akrab disapa Buwas ini di Jakarta, Jumat (20/9/2019).

Buwas menuturkan, pendatangan daging kerbau secara bertahap itu sengaja dilakukan lantaran pihaknya tak memiliki tempat penyimpanan yang cukup. Dia juga tak mau terjebak dalam urusan biaya demurrage saat mengirim stok daging via pelabuhan.

"Kita enggak mampu nyimpannya, enggak mampu bongkarnya. Pelabuhannya juga enggak mampu, karena itu ancamannya demurrage. belajar dari pengalaman itu maka kita caranya bertahap," jelas dia.

"Jadi kalau didatangkan bulan ini 10 ribu ton, maka kita bagi 4-5 ton. Jadi lima hari sekali datang sekian, lima hari berikutnya datang sekian. Itu kita atur, jadi kita enggak akan kelabakan," dia menambahkan.

Terkait kedatangan sisa impor daging sapi, ia kembali melontarkan optimisme itu dapat tercapai akhir tahun ini. "Bulan desember awal 18 ribu (ton) semua datang, tapi datangnya bertahap," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Pengusaha Sapi Terpuruk Akibat Daging Kerbau Impor Asal India

Pembeli memilih daging kerbau dan sapi yang dijual di Pasar Ciledug, Tangerang, Rabu (13/6). Dua hari menjelang Lebaran, pedagang daging musiman menjamur dengan menggelar dagangan di pinggir-pingir jalan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, pengusaha Daging dan Industri Makanan, Yustinus Sadmoko mengatakan saat ini penjual daging, khususnya daging sapi mendapatkan tantangan dengan kehadiran daging kerbau impor. Daging kerbau asal India tersebut, kata dia, telah mengambil alih pangsa pasar daging sapi.

"Ada kompetisi baru dari daging kerbau India. Dari 2017 diperkenalkan secara gencar dan volumenya besar cukup ambil alih pangsa pasar kita," kata dia, dalam diskusi, di Jakarta, pada Sabtu 25 Mei 2019. 

Dia mengatakan banyak daging kerbau impor yang masuk ke pasar tradisional. "Daging kerbau banyak yang bocor ke pasar tradisional, kan kerbau masuk ke distributor level satu. Begitu masuk ritel ke pasar kita tidak bisa pantau," ujarnya.

"Daging kerbau India mirip daging sapi. Kalau beli di pasar tradisional ada 50 persen kemungkinan kalau Jabodetabek itu daging kerbau. Kalau ambil yang sudah ditata ada kemungkinan daging kerbau," ungkapnya.

Dia mengakui, jika menilik kandungan gizi, maka tidak ada perbedaan antara daging sapi dan kerbau. Namun, dari segi bisnis masuknya daging kerbau asal India mengurangi pangsa pasar panjual daging sapi dalam negeri.

"Itu tidak buruk gizi kesehatan,sama baiknya. Buruk buat pengusaha saja," tandasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya