Liputan6.com, Pekanbaru - Kabar bayi meninggal di Pekanbaru karena kabut asap hasil kebakaran hutan dan lahan langsung direspon Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Sejumlah petugas medis diminta mencari penyebab pasti kematian bayi baru berusia 3 hari itu.
Bidan dan dokter yang menangani bayi itu sudah dimintai keterangan. Kesimpulan dari dinas, bayi tidak meninggal karena terpapar kabut asap melainkan penyumbatan tenggorokan.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau Mimi Yuliani Nazir, bayi berusia 3 hari itu meninggal karena penyumbatan, bayi tersedak air susu ibu (ASI) sehingga menyulitkannya bernapas.
"Bukan karena kabut asap, tidak seperti yang diberitakan," kata Mimi kepada Liputan6.com di Pekanbaru, Jumat (20/9/2019).
Mimi menyebut orangtua bayi, Evo Warisman dan Lasmayeni sudah didatangi pegawai dinas. Petugas meminta keterangan bagaimana kondisi bayi sebelum meninggal dunia.
Keluarga di Jalan Lintas Timur Kilometer 19, Kulim, Kecamatan Tenayanraya, juga belum punya kartu kesehatan. Sebagai tindak lanjut, dinas akan mempermudah pengurusannya.
"Sudah dua tahun tinggal di Pekanbaru, biaya melahirkan pakai uang pribadi. Nanti dipermudah pengurusan kartu kesehatannya," kata Mimi.
Di samping itu, sejak Pekanbaru diselimuti kabut asap, Mimi mengakui memang banyak warga terserang infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Data dari dinas, sudah ada 292.900 pasien selama 2019.
Untuk September ini, Mimi mengakui memang ada peningkatan jumlah pasien berkunjung ke Puskesmas, rumah sakit dan posko pelayanan kesehatan kabut asap. Semuanya sudah ditangani dengan baik dan ditanggung pemerintah.
"Trennya memang meningkat karena kondisi udara akibat kabut asap," sebut Mimi.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Klaim Belum Ada yang Meninggal
Dari ratusan ribu pasien korban ISPA, Mimi menyatakan belum ada yang meninggal dunia. Meski demikian, dia tak menampik adanya warga meninggal dunia selama kabut asap menyelimuti sejumlah wilayah Riau.
"Namun bisa dipastikan karena kabut asap karena sejumlah pasien memiliki riwayat seperti asma," kata Mimi.
Berdasarkan instruksi dari Gubernur Riau, Mimi menyebut seluruh dinas kesehatan di kabupaten dan kota diminta mendirikan posko pelayanan kesehatan. Sejumlah bangunan disulap menjadi posko dan rumah singgah.
"Setiap Puskesmas sekarang sudah jadi posko, begitu juga dengan rumah sakit daerah. Kemudian untuk rumah sakit swasta sudah diminta juga," sebut Mimi.
Rumah singgah tidak hanya berfungsi mengobati pasien ISPA, tapi juga memberikan pelayanan bagi warga yang ingin mendapatkan udara sehat. Warga bisa datang setiap hari karena petugas bersiaga secara bergantian.
"Untuk tenaga medisnya sampai jam 9 malam, silahkan warga datang. Juga ada layanan ambulance dengan menghubungi 119," kata Mimi menambahkan.
Advertisement