Hasil Pemilu Ulang Seri, Warga Israel Bersiap Menghadapi Pemilihan Ketiga

Israel diperkirakan akan menggelar pemilu ketiga, setelah pemilihan ulang sebelumnya berakhir imbang.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Sep 2019, 08:00 WIB
PM Israel Benjamin Netanyahu memberi sambutan saat peresmian Kedubes Guatemala di Yerusalem, Rabu (16/5). Netanyahu menyebut peresmian tersebut adalah tepat karena Guatemala menjadi negara kedua yang mengakui Israel pada 1948. (Ronen Zvulun/Pool via AP)

Liputan6.com, Tel Aviv - Israel dikabarkan akan melangsungkan pemilu ketiga, dua hari setelah pemilu ulang yang membuahkan hasil imbang. Dua partai politik utama Negeri Zionis ini gagal meraih suara mayoritas di parlemen.

Selain itu, belum ada kejelasan apakah kedua partai tersebut, yang dipimpin petahana Benjamin Netanyahu dan oposisi Benny Gantz, akan berhasil membentuk pemerintah koalisi.

Meski tersedia waktu berpekan-pekan untuk melangsungkan perundingan guna membentuk pemerintah koalisi, persyaratan-persyaratan yang ditetapkan masing-masing partai justru menghalangi perundingan.

Selain itu, kemungkinan juga akan berlarut-larut hingga melampaui tengat waktu, demikian seperti melansir VOA Indonesia, Jumat, 20 September 2019.

Jika kesepakatan untuk membetuk pemerintah koalisi tidak tercapai, rakyat Israel harus bersiap melangsungkan pemilu ketiga.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Jumlah Perolehan Kursi

PM Israel Benjamin Netanyahu menunjukkan peta Timur Tengah saat diskusi panel di Konferensi Keamanan Munich (18/2). Netanyahu menyatakan Israel bisa bertindak langsung melawan Iran. (AFP/ MSC Munich Security Conference / Lennart Preiss)

Dengan hampir semua suara dihitung, Partai Biru dan Putih yang berhaluan tengah, meraih 33 kursi di parlemen yang beranggotakan 120 orang, sementara partai konservatif Netanyahu, Partai Likud, hanya meraih 31 kursi.

Tidak ada satupun partai yang dapat membentuk pemerintahan yang mengontrol sedikitnya 61 kursi tanpa dukungan Avigdor Lieberman dari Partai Yisrael Beitenu.

Akan tetapi, kekukuhannya untuk membentuk pemerintah sekuler akan memaksa keluar sekutu-sekutu kuat Netanyahu, yakni partai-partai ultra-Orthodoks dan sebuah partai relijius lain yang nasionalis.

Benny Gantz dari Partai Biru dan Putih menyatakan kesanggupannya untuk membentuk koalisi, namun tidak menginginkan Netanyahu kembali menjabat sebagai perdana menteri.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya