Liputan6.com, Banjarnegara - September dalam pranata mangsa Jawa disebut sebagai mangsa ketelu, atau ketiga. Ketiga, diartikan sebagai puncak kering pada kemarau panjang.
Aliran sungai terputus, sumur kandas hingga dasar, dan mata air mengering. Ini lah periode ketika hewan, tumbuhan, hingga manusia benar-benar dicekam musim.
Kemarau tak sekadar kekeringan serta krisis air bersih. Dalam periode puncak kemarau, muncul pula penyakit-penyakit yang dipicu cuaca panas, berdebu, kebersihan air, hingga kekurangan minum.
Paling dekat dan sering didapati pada kemarau panjang adalah infeksi saluran napas akut (ISPA). Selanjutnya, rentetan penyakit lainnya, seperti diare, mengintai warga yang mengonsumi air tak sehat.
Baca Juga
Advertisement
Tak berbeda dengan wilayah lain, masyarakat Banjarnegara, Jawa Tengah pun dicekam kemarau dan mengalami krisis air bersih. Kekeringan terus meluas seturut puncak kemarau kali ini.
Kondisi ini lah yang lantas memantik Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Banjarnegara berupaya membantu meringankan pederitaan masyarakat. Organisasi para dokter ini menggelontorkan 225 ribu liter air bersih di kabupaten yang berada di lereng Gunung Dieng ini.
Para dokter cantik pun tak segan turun langsung menyalurkan air dari tangki ke ember dan wadah air yang disiapkan masyarakat. Mereka bersua lansung dengan masyarakat yang sekain waktu mengalami krisis air bersih.
Koordinator Pengabdian Profesi IDI cabang Banjarnegara dr Jalu Trasnolo Bangun mengatakan, ratusan ribu liter air yang setara dengan kurang lebih 45 tangki air bersih itu disebar di 44 desa yang berada di 12 wilayah Banjarnegara, pada kemarau panjang ini.
"Kegiatan ini kami lakukan selama 15 hari, satu hari kita kirim sekitar 15 ribu liter bagi masyarakat yang membutuhkan," ucapnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Pengobatan Gratis IDI Banjarnegara
Dia menerangkan, IDI menaruh perhatian lebih kepada terjaganya kebutuhan dasar manusia. Air bersih merupakan kebutuhan vital. Krisis air bersih dikhawatirkan menyebabkan kesehatan warga terganggu.
Penyaluran air bersih ini juga merupakan bagian dari pengabdian masyarakat dalam rangkaian Hari Ulang Tahun (HUT) IDI ke-69.
Panitia lainnya, dr Aida Fitriani mengemukakan, selain droping air, IDI juga menggelar pengobatan gratis di Dusun Linggasari Desa Kebondalem, Kecamatan Bawang, Banjarnegara. Pengobatan gratis ini dikunjungi oleh ratusan warga.
"Banyak warga yang merespon baik kegiatan kita, keluhan warga bervariasi, dari gatal, rheumatik, hipertensi dan sebagainya," ucap Aida.
Ketua IDI Banjarnegara dr Agus Ujianto SpB menyatakan, dua persoalan kesehatan, jasmani dan rohani merupakan pondasi penting untuk bangsa yang majemuk ini. Kondisi kesehatan yang baik akan menciptakan masyarakat yang produktif.
Di luar itu, permasalahan yang ada di masyarakat yang penting dan menjadi perhatian IDI di antaranya persoalan kesehatan politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya, bahkan kesehatan dalam pertahanan dan keamanan.
Sebab itu, IDI mesti bergandeng tangan dengan pihak lain untuk program-program kemanusiaan, mulai dengan TNI, Polri, pemerintahan, tak terkecuali dengan organisasi jurnalis.
"Menuju beberapa program di lapangan, kita harus menggandeng sejumlah institusi, organisasi profesi serta komunitas komunitas yang menjadi mitra kita. Hari ini di sejumlah titik kita melakukan bakti sosial, sebagai wujud nyata sebagai bentuk pengabdian untuk masyarakat," Agus menjelaskan.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, Arif Rachman mengungkapkan ribuan jiwa di 28 desa di 10 kecamatan wilayah Banjarnegara mengalami krisis air bersih.
Sebanyak 5.496 keluarga atau 23.487 jiwa di Banjarnegara mengalami krisis air bersih. Hingga saat ini, BPBD telah mengirimkan sebanyak 637 tangki air bersih atau setara dengan 3.185.000 liter.
"Jumlah pengiriman per hari kurang lebih 12 rit atau sekitar 60 ribu liter air bersih," kata Arif.
Advertisement