BMKG: Fenomena Gempa Tuban Jatim Bukti Lempeng Indo-Australia Aktif

Dua gempa tersebut terasa hingga Bandung, Jawa Barat dan beberapa wilayah di Nusa Tenggara Barat (NTB).

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 22 Sep 2019, 09:55 WIB
Ilustrasi gempa bumi (Photo: AFP/Frederick Florin)

Liputan6.com, Jakarta - Dua gempa bumi mengguncang kawasan Kabupaten Tuban, Jawa Timur pada Kamis 19 September 2019 pukul 14.06 dan 14.31 WIB. Uniknya, dua gempa dengan kedalaman lebih dari 600 kilometer itu terasa hingga Bandung, Jawa Barat, Bali, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut, dua gempa bumi tektonik di laut Jawa itu terjadi dalam selisih waktu 25 menit dan jarak episenter 21 kilometer. Hasil analisis BMKG menunjukkan, gempa bumi itu memiliki parameter update dengan magnitudo Mw 6,1 dan Mw 6,0.

Episenter gempa bumi pertama terletak pada koordinat 6.1 LS dan 111.86 BT atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 88 km arah timur laut Kabupaten Rembang, Jawa Tengah atau 58 km barat laut Kabupaten Tuban, Jawa Timur dengan kedalaman 620 km.

Episenter gempa bumi kedua terletak pada koordinat 6.24 LS dan 111.84 BT atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 75 km arah timur laut Kabupaten Rembang, Jawa Tengah atau 56 km barat laut Kabupaten Tuban, Jawa Timur dengan kedalaman 623 km.

"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, tampak bahwa gempa ini merupakan gempa dalam (deep focus earthquake) yang dipicu oleh adanya deformasi batuan pada slab Lempeng Indo-Australia di kedalaman tersebut," tulis akun Instagram resmi BMKG, @infobmkg.

Kedua gempa bumi tersebut dirasakan di Madura, Malang, Denpasar, Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah, Sumbawa, Bima dengan skala III MMI (getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan truk berlalu).

Getaran akibat gempa tersebut juga dirasakan di wilayah Cilacap, Purworejo, Yogyakarta, Lumajang, Tuban, Trenggalek, Surabaya, Bandung dengan skala II-III MMI (getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang).

Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


Jarang Terjadi

Ilustrasi Gempa Bumi (iStockphoto)

Gempa hiposenter dalam yang melebihi 300 kilometer dinilai sebagai fenomena alam yang menarik karena jarang terjadi. Gempa ini dirasakan dalam wilayah yang luas dari Bandung, Jawa Barat hingga Lombok, NTB.

"Hal ini disebakan hiposenternya yang dalam sehingga spektrum guncangan dirasakan dalam wilayah yang luas. Patut disyukuri bahwa gempa tidak berdampak merusak, karena kedalaman hiposenternya yang sangat dalam sehingga energinya sudah mengalami perlemahan setelah sampai di permukaan bumi," tulis akun tersebut.

Kendati, gempa tersebut sangat menarik dikaji untuk kemajuan sains kebumian. Menurut BMKG, gempa tersebut membuktikan bahwa aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia di kedalaman 500 kilometer di bawah Laut Jawa masih aktif.

"Di bawah laut Jawa tersebut Lempeng Indo-Australia menunjam dan menukik curam hingga kedalaman lebih dari 600 kilometer," bunyi keterangan tersebut.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya