Kunjungan Warga Blitar Meningkat ke Puskesmas karena Gagal Ginjal

Konsumsi obat terus-menerus karena penyakit yang diderita oleh masyarakat di Blitar sehingga terjadi gagal ginjal kronis yang dialami warga Blitar.

oleh Agustina Melani diperbarui 23 Sep 2019, 12:00 WIB
Ilustrasi Gagal Ginjal (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, Jawa Timur menyatakan data kunjungan warga Blitar yang terdeteksi gagal ginjal mencapai 1.189 selama Januari-September 2019.

"Ada salah persepsi. 1.000 itu jumlah kunjungan bukan jumlah orang. Jadi satu orang ke sarana kesehatan bisa lima kali rujukan. Selama Januari-September bisa empat hingga enam kali kunjungan ke puskesmas, jadi total kunjungannya," ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Krisna Yekti, saat dihubungi Liputan6.com, Senin (23/9/2019).

Ia mengatakan, ada peningkatan jumlah kunjungan tersebut dari 2018. Hal ini karena ada pergeseran ke penyakit tidak menular termasuk gagal ginjal. Krisna menuturkan, meningkatnya jumlah kunjungan penderita gagal ginjal itu karena penderita sebelumnya memiliki penyakit seperti komplikasi, hipertensi dan diabetes.

Para penderita penyakit tersebut mengonsumsi obat dalam jangka lama sehingga berdampak terhadap penyakit gagal ginjal kronis. Krisna menuturkan, sebagian besar penderita gagal ginjal kronis di atas usia 35 tahun. Saat ini, ada usia muda tetapi menurut Krisna tidak terlalu signifikan.

"Karena komplikasi (penderita gagal ginjal kronis-red), sudah kena diabetes, darah tinggi kemudian konsumsi obat-obatan terus menerus karena penyakit yang diderita mereka," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Pengaruh Gaya Hidup

Selain itu, pengaruh gaya hidup masyarakat juga turut mempengaruhi. Salah satunya masyarakat yang ingin cepat pulih karena alami pegal-pegal.  Ditambah mengonsumsi obat yang dijual oleh penjual tidak bertanggung jawab.

"Pergeseran instan misalkan menderita pegal linu kemudian satu kali minum obat. Beli obat dari penjual yang tidak bertanggung jawab dan obat jamu disertai bahan kimia," tutur dia.

Krisna mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan sejumlah langkah untuk meminimalkan dampak gagal ginjal kronis. Salah satunya dengan membentuk tim pengawas dan obat-obatan.

"Kami melakukan evaluasi di lapangan. Kemudian sosialisasi ke masyarakat mengenai penyakit dan menjalani pola hidup sehat," kata dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya