Liputan6.com, Jakarta - Mendegar kata Rumah pastinya setiap manusia memilikinya, tak terkecuali bagi seorang disabilitas netra yang memiliki rumah.
Banyak di antaranya teman-teman disabilitas netra usai sekolah tak pulang ke rumah. Mereka tinggal di asrama. Asrama itu biasanya terletak tak jauh dari sekolah.
Advertisement
Dikutip dari www.newsdifabel.com, Senin (23/9/2019), ada cara bagi disabilitas netra pergi pulang ke sekolah atau ke tempat-tempat lain dengan seorang diri tanpa harus merepotkan orang lain.
Pertama, sebelum disabilitas netra mencoba pulang sendiri ke rumah, terlebih dahulu harus mengahafal rute perjalanan dari sekolah, tempat kerja, atau pun aktivitas rutin sehari-harinya.
Hal tersebut untuk meminimalisir disabilitas netra terjadinya salah jalan atau tersesat.
Kedua, sebelum berangkat, terlebih dahulu menanyakan mengenai ongkos yang biasanya harus disiapkan oleh orang tua, teman atau saudara. Hal ini agar ongkos yang dibawa tidak kurang.
Ketiga, jangan lupa membawa tongkat putih dan alat komunikasi, demi memperlancar perjalanan.
Keempat, jangan malu bertanya ketika ragu-ragu dalam mencari jalan yang harus dituju.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Langkah yang Dapat Dilakukan
Selain itu, cara-cara itu akan dipraktikkan dalam langkah-langkah berikut:
Pertama, jangan lupa membaca doa sebelum melakukan perjalanan.
Kedua, siapkan ongkos, untuk tuna netra total (tidak dapat melihat apa pun) dianjurkan agar bertanya kepada orang yang ada di sekitar mengenai berapa saja pecahan uang, lalu pisahkan.
Ketiga, gunakan tongkat putih sebagai alat bantu mobilisasi dari rumah ke tempat pemberhentian angkot atau bus, maupun sebaliknya.
Keempat, ketika sudah sampai halte atau tempat pemberhentian angkot atau bus, alangkah lebih baik meminta bantuan orang untuk memberhentikan angkot atau bus yang akan dinaiki.
Namun, jika tidak ada orang, maka tunggu hingga ada angkot atau bus yang berhenti mendekati, dan sebaiknya langsung bertanya memastikan bahwa betul itu angkot atau bus yang akan dinaiki.
Kelima, ketika sudah di dalam angkot atau bus, alangkah baiknya berbicara kepada sopir di mana harus berhenti. Beritahukan ciri-ciri yang sudah dihafalkan, seperti nama gang, bangunan umum, pasar, dan lainnya.
Namun, jika jarak yang harus ditempuh lebih dari satu kali naik angkot atau bus, maka beri tahu sopir, di mana angkot atau bus yang akan dinaiki selanjutnya, seperti di terminal atau halte.
Advertisement
Cara Selanjutnya
Keenam, jika kita sudah hampir sampai di tempat tujuan, siapkan uang yang nantinya akan kita berikan kepada sopir atau kondektur.
Ketujuh, jika sudah turun dari angkot atau bus, alangkah baiknya kembali menggunakan tongkat putih untuk membantu mobilitas.
Kedelapan, jika merasa tak yakin, maka bertanyalah kepada orang-orang yang dijumpai untuk memberikan informasi ke mana jalan yang benar.
Namun, jika tidak ada orang yang dijumpai, maka bisa menelefon keluarga untuk meminta arahan sesuai jalan yang benar.
Terakhir, ketika di perjalanan, diusahakan banyak bertanya kepada orang, berdoa, dan konsentrasi agar tidak tersesat.
Cara tersebut setidaknya bermanfaat bagi teman-teman disabilitas netra yang belum pernah atau kurang berani pergi pulang sendiri tanpa dijemput oleh keluarga. Hal ini sangat penting agar terpupuk kemandirian.
Bagi anggota keluarga yang masih belum mengizinkan disabilitas netra bermobilitas sendiri, maka lebih baik memantau selama di perjalanan.
Berikan kepercayaan penuh kepada saudara-saudarinya yang disabilitas netra bahwa mereka juga mampu bermobilitas sendiri.
Cara di atas merupakan paparan bagi tunanetra yang bermobilitas dengan angkutan umum. Meskipun kini sudah marak transportasi online, namun ini akan menjadi pengalaman yang sangat menantang dan berkesan, karena sangat berbeda ketika menggunakan jasa transportasi online dan angkutan selain online.
(Desti Gusrina)