Draf KNKT: Cacat Desain Boeing 737 MAX Picu Kecelakaan Maut Lion Air

Draf KNKT RI menyebut ada penyimpangan pada desain dan pengawasan produksi yang memainkan peran penting dalam kecelakaan maut Lion Air JT 610 PK-LQP.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 23 Sep 2019, 14:45 WIB
Black Box dari pesawat Lion Air JT 610 diperlihatkan saat rilis posko evakuasi JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (1/11). Black Box tersebut ditemukan 500 meter dari lokasi jatuhnya pesawat Lion Air JT 610. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Penyelidik Komite Nasional Kecelakaan Transportasi Indonesia (KNKT RI) menemukan bahwa penyimpangan pada desain dan pengawasan produksi "memainkan peran penting" dalam kecelakaan maut Lion Air JT 610 PK-LQP yang menewaskan semua 189 orang di dalamnya pada Oktober 2018.

Draf kesimpulan akhir penyelidikan, yang merupakan temuan resmi perdana dari unsur pemerintah, juga mengidentifikasi serangkaian kesalahan pilot dan kesalahan perawatan; serta kekurangan dalam desain dan persetujuan peraturan AS.

Menurut draf, semua itu berkontribusi terhadap kecelakaan Lion Air JT 610, menurut laporan surat kabar the Wall Street Journal (WSJ) dan reportase kantor berita Reuters yang diterbitkan pada hari Minggu 22 September 2019.

Boeing 737 MAX telah "dikandangkan" secara resmi sejak akhir Maret 2019, setelah kecelakaan Lion Air Oktober 2018 dan kemudian Ethiopian Airlines ET 302 berpesawat serupa pada 10 Maret 2019 --menewaskan seluruh 157 orang di dalamnya.

Seorang juru bicara Boeing tidak mengomentari laporan surat kabar itu tetapi mengatakan pembuat pesawat terus menawarkan dukungan kepada otoritas investigasi ketika mereka menyelesaikan laporan mereka.

Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan kepada koresponden Reuters di Jakarta bahwa dia tidak bisa berkomentar terkait draf tersebut sebelum dipublikasikan secara resmi yang dijadwalkan pada awal November 2019 --WSJ melaporkan.

Dia mengatakan beberapa pemangku kepentingan, tetapi tidak semua, telah memberikan umpan balik pada draf laporan akhir yang belum dirilis secara publik.

Draf tersebut telah diedarkan ke pihak-pihak termasuk Boeing, Lion Air dan Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) pada 24 Agustus 2019.

"Ada pemangku kepentingan yang telah mengirimkan jawaban mereka kepada kami dan kami sedang mengevaluasi mereka," kata Tjahjono.

Simak video pilihan berikut:


Respons Otoritas AS

Petugas dibantu alat berat truk mengangkat mesin turbin pesawat Lion Air PK-LQP JT610 di posko evakuasi JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta, Minggu (4/11). Mesin tersebut ditemukan di perairan Tanjung Karawang. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Penyelidik kecelakaan udara AS siap untuk mengumumkan beberapa rekomendasi keselamatan terpisah, mulai dari meningkatkan keterampilan terbang pilot secara manual hingga meningkatkan pemeriksaan Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) untuk desain pesawat baru, tambah WSJ.

Sekitar akhir bulan ini, Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB) diharapkan untuk menyerukan peningkatan pelatihan kokpit dan pengambilan keputusan awak, serta berfokus pada kemungkinan perubahan sertifikasi pesawat baru, kata surat kabar itu.

NTSB menolak untuk mengomentari laporan WSJ tetapi mengatakan pihaknya berencana untuk merilis rekomendasi pada program sertifikasi FAA sekitar September 2019 ini.

Merespons soal draf KNKT RI yang beredar di media, FAA menyambut pemeriksaan dari para ahli keselamatan dan menantikan temuan mereka, katanya dalam sebuah pernyataan.

"Kami terus bekerja dengan regulator keselamatan penerbangan internasional lainnya dan akan mempertimbangkan semua rekomendasi dengan cermat," tambahnya.

"FAA akan memasukkan setiap perubahan yang akan meningkatkan kegiatan sertifikasi kami," lanjut otoritas penerbangan AS itu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya