Liputan6.com, Banyumas - Kebakaran melanda kawasan Gunung Slamet lebih dari sepekan terakhir. Nun di sisi timur, kebakaran gunung Sumbing juga terjadi sejak Sabtu, 21 September 2019.
Pemadaman pun langsung dilakukan di kedua gunung ini. Namun, tipikal kebakaran gunung memang berbeda dari kebakaran biasa.
Kebakaran gunung, pemadaman lebih sulit lantaran material mudah terbakar, luasnya area kebakaran, keterbatasan peralatan, tiupan angin kencang dan tentu saja, berisiko lebih besar. Ada satu lagi yang cukup menghantui pemadam kebakaran di kedua gunung ini, yakni lompatan api.
Baca Juga
Advertisement
Dalam kondisi kering, kayu dan ranting bisa berkobar dengan dahsyat. Ditambah tiupan angin kencang, bisa saja ranting meledak dan memelanting ke arah berbeda dan memicu titik api baru. Terkadang, titik baru muncul terpisah dan beda arah dari rembetan kebakaran sebelumnya.
Senin, 23 September 2019, tim gabungan pemadaman api kebakaran Gunung Slamet Banyumas berkoordinasi dengan tim pemadam kebakaran Gunung Slamet, Purbalingga untuk mengantisipasi potensi rambatan api ke sisi timur.
Koordinator lapangan tim gabungan pemadam kebakaran Purbalingga merapat ke Posko Baturraden untuk berkoordinasi. Kedua tim akan memetakan lapangan dan penentuan strategi penanganan kebakaran Gunung Slamet.
"Sudah. Siang ini Pak Dandim Purbalingga sudah merapat ke Posko Baturraden. Sudah koordinasi," kata Manajer Bisnis Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Banyumas Timur, Sugito.
Dia mengklaim, sebenarnya tim gabungan telah berhasil melokalisasi kobaran api yang membakar Gunung Slamet lereng barat selatan. Namun, tim gabungan tetap mewaspadai kemungkinan lompatan api yang bisa menimbulkan titik api baru dan berpotensi merambat ke Kalipagu, Banyumas atau bahkan ke timur ke arah Purbalingga.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Sekat Bakar 1,5 Kilometer
"Tipikal api itu kan ketika membesar, ya mungkin ada ranting yang terlempar, dia meledak, dor, itu kan bisa melompatkan api, begitu," dia menjelaskan.
Terkini, titik api berada di tebing curam yang sulit dijangkau oleh relawan. Karenanya, tim membuat sekat bakar sepanjang 1,5 kilometer sepanjang jalur pendakian Gunung Slamet lama di sisi barat.
Namun demikian, dia pun yakin sekat bakar yang telah dibuat oleh relawan efektif untuk memutus kebakaran. Selain itu, dua aliran sungai di sisi selatan barat dan sisi selatan timur dinilai akan memutus api jika tak terjadi hal di luar kendali manusia. Misalnya, lompatan api.
"Sekarang posisinya hanya bisa dipantau dari camp tentara maupun dari camp 4. Posisi untuk menyeberang kita sudah upaya semaksimal mungkin dengan sekat bakar. Insya Allah, 80 persen tidak turun jauh ke bawah," dia berharap.
Karenanya, seusai memuat sekat bakar, tim gabungan pemadaman kebakaran Gunung Slamet bertugas untuk memantau dan mengantisipasi lompatan api agar tak merembet ke timur atau ke sisi selatan.
Hingga saat ini, Perhutani masih memetakan luas kebakaran Gunung Slamet. Data sementara, hingga Minggu pagi kemarin, 15 hektare lahan pinus dan vegetasi semak di Petak 58D-10, 58D-11 dan 58D-12 terbakar. Diperkirakan kerugian mencapai Rp112.500.000.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Temanggung, Gito Walngadi mengklaim telah mengerahkan ratusan relawan untuk memadamkan kebakaran Gunung Sumbing. Namun, kebakaran yang kali pertama terdeteksi pada Sabtu itu hingga Senin siang (23/9/2019) belum berhasil dipadamkan.
Advertisement
Kondisi Terkini Kebakaran Gunung Sumbing
Tim gabungan kesulitan memadamkan api lantaran titik api berada di tebing curam dan jurang. Vegetasi savana berupa semak dan ilalang kering juga menyulitkan pemadaman api ini. Kesulitan bertambah karena cuaca, tiupan angin kencang dan ketiadaan sumber air.
"Agak sulit karena TKP yang terbakar terjal, dan TKP-nya curam," Gito mengungkapkan.
Sebab itu, tim pemadam kebakaran gabungan dikonsentrasikan untuk membuat parit sekat bakar alami untuk melokalisasi kebakaran. Sebab, pemadaman api secara langsung sulit dilakukan dan berisiko mengancam keselamatan relawan.
"Kita penyekatan dan pemadaman. Lebih fokus ke penyekatan, membuat parit sekat bakar agar kebakaran tidak semakin meluas," ujarnya.
Kini sebanyak 180 relawan terlibat dalam upaya pemadaman api. Sebanyak 150 orang diberangkatkan pada Minggu, lainnya diberangkatkan dini hari tadi. Mereka terdiri dari personel BPBD, TNI, Polri, dan relawan dari unsur lainnya. Dalam pemadaman kebakaran ini mereka juga dibantu oleh warga setempat.
"Siang naiknya ke atas agak sulit, sehingga tadi pagi sekitar pukul 03.15 WIB, sudah kita dorong. Kemarin kita kerahkan 150 personel. Untuk tadi pagi kerahkan sekitar 30 personel," dia menerangkan.
Sebelumnya, kebakaran Gunung Sumbing sempat terdeteksi pada Sabtu (21/9/2019). Namun, setelah observasi dan pemantauan, api diperkirakan padam. Akan tetapi, pada Minggu dinihari, sekitar pukul 03.00 WIB, api kembali terlihat dari Basecamp Banaran.
Sementara ini, area terbakar berada di petak 23-3 dan 27-7, dengan total luas lahan terbakar sekitar 5,5 hektare. Dia menerangkan, dalam pemadaman kebakaran awal, sebanyak 134 pendaki dievakuasi dari Gunung Sumbing. Penyebab kebakaran masih dalam penyelidikan dan belum diketahui.
"Masih penyelidikan. Mungkin beda dengan tahun lalu. Tahun lalu ulah manusia," dia menjelaskan.