Liputan6.com, Jakarta - Rasa letih karena perjalanan yang cukup jauh, ditambah pula pola makan yang berubah drastis mengakibatkan para traveler rentan sembelit atau susah buang air besar (BAB).
Travel blogger Awan Yulianto, mengakuinya. Awan tak menutup mata bahwa sembelit selalu menghantuinya setiap kali bepergian. Terlebih saat dia melakukan perjalanan jauh, yang memakan waktu belasan jam.
Advertisement
"Terutama kalau dalam perjalanan panjang. Biasanya itu terjadi karena saya suka menunda atau menahan tidak BAB karena tempat yang kurang nyaman," kata Awan saat berbincang dengan Health Liputan6.com belum lama ini.
"Bisa juga karena saya kelelahan atau jetlag. Sembelit itu ketika turun dari pesawat," kata si pemilik blog Travel Awan.com .
Simak Video Menarik Berikut Ini
Sadar Bahwa Kesehatan Pencernaan Hal yang Penting
Dulu Awan tidak terlalu mempedulikannya. Namun, lambat laun Awan menyadari bahwa menjaga kesehatan pencernaan adalah hal penting, terutama buat orang-orang yang senang bepergian seperti dirinya.
"Dulu sih saya diamkan saja. Eh, yang ada malah bikin jalan-jalan jadi enggak nyaman," katanya.
Kini, hal tersebut telah menjadi prioritasnya. Awan tak mau cuma gara-gara masalah pencernaan, jalan-jalannya jadi berantakan.
Selain memerhatikan asupan cairan dan makanan harus tinggi serat, pria berkacamata yang mulai menjelma sebagai 'musafir' sejak 2006 ini selalu membawa obat seperti Dulcolax, yang kini menawarkan tablet 4s yang praktis dibawa dan memiliki waktu kerja yang tidak bakal menganggu aktivitas travelling.
"Saya akhirnya coba Dulcolax. Enaknya, minumnya malam hari, besoknya langsung lancar. Bentuknya pun tablet, jadi gampang, tinggal diminum saja," kata Awan.
Advertisement
Sembelit Langsung Menyerang
Misalkan Awan pergi ke Amerika Serikat, yang menyebabkan jadwal makannya jadi kacau balau plus jetlag, sembelit pasti langsung menyerang.
Apabila sudah begitu, hal pertama yang Awan lakukan sesampainya di tujuan adalah mencari buah dan memperbanyak minum air putih. "Tapi enggak selalu berhasil. Malah kadang masih lanjut sembelitnya," ujarnya.
Sembelit, kata Awan, membuat dia gampang uring-uringan. Sebab, selain aktivitas jalan-jalan jadi terganggu, Awan pun tak leluasa menikmati kuliner khas setempat.
Soto dan kari adalah dua jenis makanan favorit sosok yang baru pulang dari India. Dia begitu menyukai kari karena makanan ini di setiap tempatnya memiliki rasa yang berbeda-beda.
"Kalau yang berkuah panas, harapannya bisa buat perut lebih enak kalau lagi sembelit. Malah kadang kalau kepedasan, buat perut semakin enggak enak," ujarnya.
Yang pasti, Awan selalu berusaha untuk memperbanyak konsumsi air putih dan makanan berserat. Selain itu, mengurangi konsumsi kafein dan kalau sempat mengimbanginya dengan olahraga ringan atau sekadar peregangan (stretching)
"Kalau travelling di perkotaan, biasanya kalau sempat saya jalan kaki di taman kota. Kalau ke Singapura atau Hong Kong, yang ketahuan akan banyak jalan kaki sehari-hari, biasanya tidak extra olahraga lagi," katanya.
Aktivitas fisik seperti jalan kaki atau peregangan bagi Awan membantunya untuk mengendurkan otot-otot selama jalan-jalan. Walaupun tak jarang, jalan kaki pun membuat kakinya pegal.
Dulcolax Teman Para Traveller
Category Manager Consumer Healthcare Sanofi Indonesia, Yosephine Carolline, mengatakan bahwa masih banyak traveller yang tidak menyadari bahaya dari susa BAB saat bepergian.
Oleh sebab itu, Sanofi Indonesia melalui produk unggulan Dulcolax yang dipercaya mengatasi susah BAB, ingin mengajak masyarakat untuk lebih sigap mengambil tindakan dalam mengatasi masalah susah BAB atau sembelit ketika traveling.
"Dulcolax tidak menyebabkan diare dan bekurangnya cairan serta elektrolit tubuh yang dapat menyebabkan kelelahan otot, jika diminum sesuai aturan pakai," kata Yosephine.
"Bagi para traveller, kami menawarkan Dulcolax tablet 4s yang praktis dibawa dan memiliki waktu kerja obat yang terprediksi sehingga tidak mengganggu aktivitas travelling," Yosephine menambahkan.
Advertisement