Liputan6.com, Jakarta - Dari anak untuk anak, demikian karya lukis dibuat dan tercetak dalam bentuk scarf dan tote bag. Terdapat empat karya yang dihasilkan dengan membawa pesan kesetaraan untuk anak-anak perempuan.
Isu kesetaraan diusung seniman muda berusia 12 tahun, Jaimee Maulana, untuk mengingatkan masih adanya kesenjangan yang dialami anak-anak, khususnya di bidang pendidikan dan kesempatan berkarya. Belum lagi ada kasus bullying maupun pola pikir yang sempit yang makin menekan anak-anak untuk maju.
"Because girls should be treated equally with boys. Aku sering diejek, I'm really skinny, I'm really weak, tapi aku buktikan aku bisa," kata Jaimee saat menjelaskan alasannya berpartisipasi dalam pembuatan karya tersebut, Jumat, 20 September 2019.
Baca Juga
Advertisement
Sebelum dibuat, ia sempat memberikan workshop kepada sejumlah anak di Nusa Tenggara Timur. Ia mengajak teman-temannya untuk tak takut mengekspresikan perasaan lewat lukisan.
Dari sejumlah karya yang dihasilkan, Jaimee kemudian berkolaborasi dengan salah satu peserta workshop gambar bernama Galang Patrisius menghasilkan dua lukisan. Bocah lelaki asal Nagekeo, NTT, tersebut menggambar mobil yang kemudian ditambahkan gambar perkakas perbengkelan, buku, dan olahraga di dalamnya.
Melalui karya tersebut, ia ingin menyampaikan bahwa perempuan dapat tampil menjadi sosok yang kuat dan melakukan pekerjaan yang umumnya dikerjakan laki-laki.
Dalam lukisan lain, Jaimee berkolaborasi dengan Juan Allegran mengangkat tema Anak Perempuan Setara. Juan, seorang anak berkebutuhan khusus yang bergabung dalam Komunitas Glowing Star, menggambarkannya dengan sekumpulan anak-anak perempuan berdiri di bawah payung besar.
Jaimee kemudian menambahkan gambar hati, bintang yang jatuh dari awan, dan ilustrasi mata. Melalui gambar itu, Jaimee dan Juan menceritakan bahwa anak-anak perlu dilindungi dan disirami dengan cinta agar merasa aman dan mampu mewujudkan seluruh impiannya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Berinvestasi pada Anak Perempuan
Karya terakhir merupakan hasil kolaborasi Jaimee dengan pengidap tunagrahita, Edwin Alim. Edwin menyuarakan kesetaraan anak perempuan dengan menggambarkan konsep perempuan kuat, sementara Jaimee menambahkan ilustrasi di belakangnya dan kata-kata motivasi anak perempuan juga kuat.
Seluruh produk tersebut dijual untuk menggalang dana bagi upaya menyetarakan anak-anak perempuan, khususnya 36.000 anak perempuan dampingan Plan Indonesia, khususnya yang berada di NTT. Kesenjangan pendidikan masih ditemui di sana dan menimbulkan sejumlah permasalahan pelik.
Kurangnya pendidikan memicu tingginya tingkat pernikahan dini. Siklus tersebut akan terus berlangsung bila tidak ada intervensi pendidikan di sana.
"Kesetaraan itu payung besarnya, tapi turunannya itu kan banyak. Mulai dari parenting, bagaimana mengubah pemikiran bahwa anak perempuan nggak perlu sekolah tinggi-tinggi. Juga mengubah mindset gender norms yang membatasi kiprah perempuan," kata Dini Widiastuti, Direktur Eksekutif Plan International Indonesia.
Di sisi lain, infrastruktur pendukung terbatas sehingga membatasi akses belajar bagi anak-anak. Contoh kasus adalah ketersediaan sumber air bersih. Kelihatan tidak berhubungan, namun bila ditelisik lebih jauh ternyata memengaruhi kemampuan anak-anak belajar.
"Dengan sumber air yang jauh, mereka butuh setengah jam hingga dua jam sendiri untuk ambil air. Belum lagi sehabis itu mereka kelelahan, jadi belajarnya nggak maksimal," ujar Dini.
Dengan pendanaan yang diterima dari publik, Plan akan memanfaatkannya untuk tiga hal, yakni beasiswa, dukungan pendanaan untuk organisasi kaum muda untuk pemberdayaan perempuan, dan dukungan pembangunan infrastruktur untuk anak-anak terpinggirkan, khususnya perempuan.
Advertisement