Kronologi Kerusuhan Wamena Versi Polri dan Istana

Menurut Kamal, pelajar SMA PGRI yang datang tergabung dengan masyarakat dengan jumlah massa sekitar 200 orang. Mereka berdemonstrasi di halaman sekolah sambil mengajak pihak sekolah Yayasan Yapis ikut serta.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 23 Sep 2019, 17:59 WIB
Karopenmas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo memberi keterangan terkait penangkapan terduga teroris di Jakarta, Senin (6/5/2019). Sebelumnya, Densus 88/Anti Teror meringkus tujuh orang kelompok JAD jaringan Lampung dan menyita sejumlah barang bukti. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Bidang Humas Polda Papua Kombes AM Kamal menjelaskan awal terjadinya kerusuhan di Wamena, Papua. Pagi hari sekitar pukul 07.25 WIT, ternyata sempat terjadi tawuran pelajar.

"Bertempat di Jalan Yos Sudarso, Wamena, Kabupaten Jayawijaya, telah terjadi penyerangan ke Sekolah Yapis Wamena oleh anak sekolah SMA PGRI," tutur Kamal dalam keterangannya, Senin (23/9/2019).

Menurut Kamal, pelajar SMA PGRI yang datang tergabung dengan masyarakat dengan jumlah massa sekitar 200 orang. Mereka berdemonstrasi di halaman sekolah sambil mengajak pihak sekolah Yayasan Yapis ikut serta.

"Namun sekolah Yapis tidak mau ikut demonstrasi sehingga anak sekolah yayasan Yapis melakukan perlawanan," ujarnya.

Aksi perkelahian tersebut, lanjut Kamal, langsung meluas dengan membuat terjadinya pembakaran beberapa fasilitas pemerintah, fasilitas umum dan pribadi di Jayawijaya. Aparat gabungan TNI dan Polri pun langsung berupaya menenangkan massa.

"Terkait dengan isu ucapan rasisme itu tidak benar. Kami juga sudah menanyakan kepada pihak sekolah dan guru dan kita pastikan tidak ada kata-kata rasis.

Kami harap masyarakat di Wamena dan di tanah Papua tidak mudah untuk terprovokasi isu yang belum tentu kebenarannya," Kamal menandaskan.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Moeldoko Sebut Intervensi Asing

Sementara itu, Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menilai ada indikasi provokasi dari pihak asing terkait kerusuhan di Wamena, Papua pagi ini. Kata dia ada pihak yang ingin Indonesia sejarah tidak sengaja melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat.

"Setidak tidaknya ada provokasi dari dalam, tetapi provokasi asing juga ada indikasi ke sana. Keterlibatan asing ada indikasi," kata Moeldoko di Istana Merdeka, Senin (23/9/2019).

Menurutnya, Indonesia sengaja dipancing untuk melakukan hal tersebut. Sehingga penyelesaian kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Papua ditangani oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

"Ya harapannya. Kita kan dipancing melakukan pelanggaran HAM berat. Sehingga nanti di PBB agenda itu bisa dimasukkan. Kita tahu agendanya ke mana," ungkapnya.

Moeldoko menjelaskan, Presiden Joko Widodo atau Jokowi juga sudah mengumpulkan para pihak terkait seperti Panglima TNI dan Kapolri untuk membahas kerusuhan di Wamena. Dalam rapat itu juga sempat disampaikan ada korban akibat kerusuhan.

"Tadi ada dari Kapolri, ada dari prajurit TNI yang meninggal karena kepalanya itu, terus dari kepolisian yang luka-luka," ucapnya.

Sebelumnya diketahui, Kapolda Papua Irjen Pol Rudolf A Rodja menyebutkan bahwa aksi demonstrasi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, karena isu hoaks atauberita yang tidak benar.

"Wamena pada minggu lalu ada isu bahwa, ada seorang guru mengeluarkan kata-kata rasis sehingga sebagai bentuk solidaritas melakukan aksi demonstrasi atau unjuk rasa pagi tadi," kata Rudolf di Abepura, Kota Jayapura, Senin (23/9). Dikutip dari Antara.

 

Reporter: Sania Mashabi/Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya