Liputan6.com, Zurich- Rasialisme jadi musuh yang sulit diperangi dari sepak bola Italia. Romelu Lukaku menjadi salah satu korbannya. Pemain asal Belgia itu mendapat perlakukan rasial dari para pendukung lawan saat Inter Milan bertemu Cagliari pada Seri A beberapa waktu lalu.
Mereka menirukan suara monyet saat Lukaku mengeksekusi tendangan penalti. Aksi ini sempat membuat kesal Lukaku yang baru saja menjelajah ke sepak bola Negeri Piza itu.
Advertisement
Lukaku bukan korban pertama. Aksi tidak terupuji para tifosi A sudah lama mengotori Serie A. Presiden FIFA, Gianni Infantino, menyadari hal ini. Dia bahkan menyebut, aksi rasialisme di sepak bola Italia sama sekali tidak menunjukkan perubahan dari tahun ke tahun.
"Tidak boleh ada aksi rasialisme dalam sepak bola," kata Infantino dilansir BBC.
"Di Italia, situasi tidak berubah," kata pengganti Sepp Blater itu.
Kegelisahan ini disampaikan Infantino menganggapi aksi rasialisme yang menodai laga Atlanta dan Fiorentina, Minggu lalu. Dalam duel yang berakhir imbang 2-2 ini, pemain Fiorentina asal Brasil, Dalbert menyampaikan kepada wasit kalau telah menjadi korban aksi rasial penonton. Akibat insiden ini, laga Serie A itu pun sempat dihentikan.
Rasialisme harus diperangi lewat pendidikan, kecaman, dan diskusi," kata Infantino.
Tiru Inggris
Menurut Infantino, tidak semua suporter melakukannya. Karena itu, dia berharap para pelaku bisa diidentifikasi dan mengeluarkan mereka dari stadion untuk selamanya. Menurut Infantino cara seperti ini terbukti ampuh untuk meredam aksi rasialisme di Inggris.
"Anda harus mencari sosok yang bertanggung jawab dan melempar mereka keluar stadion. Seperti di Inggris, anda perlu hukuman seperti ini. Anda tidak perlu takut memerangi rasialisme, kita perlu melawan mereka sampai mereka berhenti," bebernya.
Saksikan juga video menarik di bawah ini:
Advertisement