Keren, Mobil Berbahan Bakar Reaksi Kimia Besutan Tim ITS Siap Ngepot di Sydney

Rancangan mobil prototype terbaru ini resmi diluncurkan oleh Rektor ITS Mochamad Ashari di halaman Gedung Rektorat ITS, Senin (23/9/2019).

oleh Dian Kurniawan diperbarui 24 Sep 2019, 00:00 WIB
Mobil prototype berbahan bakar reaksi kimia besutan Tim Spektronics Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. (Foto:Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Mobil prototype berbahan bakar reaksi kimia besutan Tim Spektronics Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), siap berlaga dalam kompetisi internasional Chemeca Chem-e-Car Competition 2019 di Sydney, Australia pada 26 – 30 September 2019. 

Rancangan mobil prototype terbaru ini resmi diluncurkan oleh Rektor ITS Mochamad Ashari di halaman Gedung Rektorat ITS, Senin (23/9/2019).

General Manager Tim Spektronics ITS, Muhammad Rifqi Furtiansyah menuturkan, mobil yang dinamakan Spektronics Aerio Superior (AS) ini memanfaatkan reaksi kimia dari hidrogen peroksida dan katalis besi (III) klorida atau FeCl3 sebagai bahan bakar. 

Ia mengatakan, kedua bahan tersebut mengalami reaksi dekomposisi yang menghasilkan oksigen untuk menggerakkan roda mobil. 

"Jumlah bahan kimia yang ditambahkan ke dalam mobil tergantung pada jarak dan beban yang harus dibawa mobil nantinya, yang baru akan diumumkan pada saat lomba," terang mahasiswa yang kerap disapa Rifqi ini. 

Mahasiswa Teknik Kimia ITS tersebut menuturkan, ini merupakan kali keempat tim Spektronics mengikuti kompetisi serupa, yang sebelumnya pada 2016 Spektronics mendapatkan juara 1 pada kompetisi tersebut.

Ia juga menambahkan, mobil ini sebelumnya sukses menjuarai kompetisi serupa di Malaysia dan Amerika pada 2017.  Adapun yang membedakan dengan versi terdahulu adalah perbaikan pada sistem mekanisme mobil sehingga meningkatkan efisiensi dari penggunaan bahan kimia. 

"Dengan menggunakan Hidrogen Peroksida sebesar 10 persen, mobil ini mampu menempuh jarak yang sama dengan versi pendahulunya yang menggunakan kadar 30 persen," bebernya. 

Oleh karena itu, lanjut Rifqi, penggunaan bahan bakar yang berkurang menyebabkan limbah yang dihasilkan pun semakin sedikit, sehingga lebih ramah lingkungan. Selain itu, kelebihan mobil ini, menurut Rifqi, adalah pergerakan yang lebih halus dari mobil generasi sebelumnya serta adanya reaktor yang telah tersertifikasi. 

"Reaksi kimia yang terjadi menghasilkan tekanan untuk menggerakan mobil, maka reaktor harus tahan dengan tekanan yang ada," tutur mahasiswa angkatan 2016 ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Tantangan

Mobil prototype berbahan bakar reaksi kimia besutan Tim Spektronics Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. (Foto:Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Rifqi menambahkan, tantangan terbesar yang dihadapi Tim Spektronics ITS nantinya adalah perbedaan suhu di Indonesia dan di arena lomba di Sidney, Australia. Dia menuturkan, perbedaan suhu dapat memengaruhi reaksi bahan bakar, sehingga berdampak pada performa mobil. 

"Kami menggunakan metode thermo controller untuk menyiasati hal tersebut, sehingga suhu reaktor dapat kita sesuaikan untuk reaksi," ungkapnya.

Tim Spektronics ITS yang merupakan gabungan mahasiswa dari Departemen Teknik Kimia, Departemen Kimia, Departemen Teknik Elektro dan Departemen Teknik Industri ini akan memberangkatkan lima orang di ajang Chemeca 2019 ini, Kamis, 26 September 2019.  Tim itu antara lain Widi Citra Lestari, Satrya Fuad Afif Sulistiyo, Evan Mika Subnafeu, Kharisma Perdana Setiawan, dan Tiara Mahendra Kurniawati. 

Rifqi berharap, Tim Spektronics mampu merebut kembali titel juara setelah tiga tahun vakum dari lomba tersebut dan bisa kembali mengharumkan nama Indonesia, serta ITS di kancah internasional.

Hal senada diungkapkan oleh Penasehat Tim Spektronics ITS, Setiyo Gunawan. Ia memaparkan, persiapan juga telah dilakukan tim sejak setahun belakangan ini.

"Kami menguji banyak hal termasuk desain, struktur mobil, sampai reaksi kimianya," tutur dosen yang juga menjabat Sekretaris Departemen Teknik Kimia ITS ini. 

 

 


Laju Pergerakan Mobil

Hasilnya, Setiyo menilai laju pergerakan mobil versi sekarang ini lebih stabil dibandingkan versi terdahulu. “Saat mencapai finish, perhentian mobil juga lebih halus, kami memang sudah mengatur hal tersebut,” ujar dia.

Di sisi lain, ia mengatakan, penilaian utama kompetisi ini adalah berapa jarak terjauh yang mampu ditempuh mobil. Ia menggambarkan, jarak lintasan yang digunakan adalah antara 6 - 30 meter. "Tim dengan error yang paling sedikit dan berhasil menempuh jarak terjauh yang akan menang," ungkapnya. 

Dalam sambutan peluncurannya, Rektor ITS Mochamad Ashari meminta doa restu dan dukungan dari berbagai pihak untuk keberhasilan tim Spektronics ini. Tidak lupa, Ashari juga memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada tim yang akan berkompetisi. 

Ia berharap tim dapat membawa pulang hasil terbaik dengan mempertahankan juara dunianya. "Tim Spektronics ITS adalah juara sejati karena sejak terbentuk selalu jadi juara," kata guru besar Teknik Elektro ITS ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya