Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta warga yang berada di wilayah terdampak kabut asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) untuk menghindari kontak langsung dengan air hujan.
Kepala Sub Bidang Analisa dan Informasi BMKG, Adi Ripaldi menyebut, air hujan tersebut dapat mengakibatkan kulit gatal-gatal, karena mengandung kadar zat asam yang tinggi.
"Selain asap ada partikel debu di wilayah tersebut, sehingga ketika terjadi hujan itu bersifat asam. Artinya berbahaya bagi kesehatan," ujar Adi di Bogor, Jawa Barat, Senin 23 September 2019.
"Imbauan saya ya hindari kontak seminimal mungkin saat hujan. Air hujan ini ada mengandung kadar asam tinggi dan bisa membahayakan kulit," sambung dia.
Ia mengungkapkan, tebalnya asap juga didukung oleh tingginya konsentrasi debu partikulat polutan berukuran <10 mikron (PM10).
Baca Juga
Advertisement
Berdasarkan pantauan citra satelit BMKG, terdapat 6 provinsi yang terpapar karhutla paling parah. Di antaranya Jambi yang terdapat 501 titik api, Palembang dengan 605 titik api, dan Riau dengan 206 titik api.
"Di Kalimantan Tengah juga masih banyak. Ini dampak dari kemarau panjang dan karhutla sekarang ini mereka membakarnya secara bersamaan sehingga kebakaran hutan begitu masif," terang dia.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Hujan di Kalimatan Tengah
Sebelumnya, pada Jumat 20 September 2019, Satgas Karhutla bersorak sorai setelah Kalimantan Tengah dan Selatan turun hujan cukup deras.
"Terima kasih ya Tuhan, hujan... Terima kasih ya Allah, hujan. Matilah kau api," teriak salah satu petugas Satgas Karhutla sambil berhujan-hujanan.
Cuplikan sorak soray Satgas Karhutla ini diunggah dalam akun instagram Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf.
Hujan tersebut merupakan hujan buatan hasil penyemaian Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di Kalimantan Tengah dan Selatan.
Advertisement