Liputan6.com, Tenggarong - Pulau Kalimantan menyimpan sejarah peradaban manusia yang panjang di Indonesia. Ahli sejarah menyakini cikal bakal kerajaan Hindu pertama terdapat di Kalimantan Timur (Kaltim), tepatnya di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) bernama Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
"Tradisi budaya yang masih dijaga hingga kini," kata Sultan Kutai Ing Martadipura XXI Aji Muhammad Arifin, Senin, 23 September 2019.
Kesultanan Kutai Kartanegara memang sudah hilang ribuan tahun sejak awal berdirinya pada masa 400 Masehi. Namun kini, tradisi budayanya kembali dilestarikan lewat pagelaran pesta adat Erau, simbol kemakmuran Kesultanan Kutai Kartanegara.
Baca Juga
Advertisement
Pesta adat Erau dipimpin langsung Sultan Kutai dengan mendirikan tombak pusaka kerajaan, Sangkohpiatu, di Keraton Museum Mulawarman. Tombak sepanjang 1,5 meter terikat dengan dua tali berwarna putih yang diistilahkan dengan nama tali juwita dan kain cinde.
Selanjutnya, selama sepekan warga Kutai pun merayakan rangkaian prosesi adat. Selama waktu itu terdengar dentuman meriam kerajaan menjadi pertanda pelaksanaan ritual bepelas.
Bepelas merupakan rangkaian utama ritual sakral Erau. Dalam ritual ini, kerabat kerajaan berjalan bersama menuju Tiang Ayu berpegangan kain cinde dan juwita.
Selama itu pula, para bangsawan akan menginjak pusaka Gong Raden Galuh bersama dentuman meriam. Biasanya, bepelas dilakukan selama minggu pertama hingga ketiga pesta adat Erau.
Filosofi Beseprah
Sultan menginjak gong sesuai urutan hari pelaksanaan pesta sehingga dentuman meriamnya pun menyesuaikan jumlah gong yang diinjak.
Puncak acara pesta adat Erau akhirnya dimeriahkan tradisi Beseprah atau makan bersama di Keraton Kutai. Seluruh pejabat daerah mengikuti tradisi Beseprah di atas kain putih dibentangkan di jalanan sepanjang 1 kilometer.
Beseprah dulunya merupakan tradisi makan bersama biasa dilakukan masyarakat Kutai zaman dulu. Suatu acara makan bersama yang menyimpan filosofi keakraban dan kebersamaan di antara sesama.
Sekarang ini, warga umum pun diperkenankan ikut acara ini secara gratis menikmati jajanan khas Kutai. Kuliner disajikan beragam seperti nasi kuning, nasi kebuli, hingga serabi, amparan tetak, lumpia, dadar gulung, dan lainnya.
Selama prosesi adat ini, Bupati Kukar turut hadir menyatakan pentingnya menjaga pelestarian tradisi adat bangsa. Ia meminta agenda adat Erau terus dilaksanakan setiap tahun guna memperkuat kebersamaan masyarakat.
"Saya harap kegiatan ini bisa terus memperkuat ikatan kebersamaan, memperkuat persatuan, dan persaudaraan," ujar Bupati Edi Damansyah menutup pesta adat Erau yang dipusatkan di Museum Mulawarman.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement