Mengenal Wamena, Primadona Wisata di Papua Selain Raja Ampat

Potensi wisata Wamena beragam. Akan lebih maksimal bila situasi di sana tetap kondusif.

oleh Henry Hens diperbarui 24 Sep 2019, 17:01 WIB
Kawasan wisata di Wamena. (dok.Instagram @festivallembahbaliem/https://www.instagram.com/p/BxIKi3IhjOr/Henry)

Liputan6.com, Jakarta - Membicarakan kawasa wisata di Papua, nama Wamena mungkin kalah popular dari Raja Ampat.Padahal, Wamena yang masuk dalam lingkup wilayah Kabupaten Jayawijaya ini punya eksotisme yang tak kalah menarik.

Mungkin tak didominasi pantai dengan pulau-pulau karang bak gunung kecil, namun pesonanya tetap tak boleh diremehkan begitu saja. Sebagai bukti, Wamena punya festival kelas dunia yang secara konstan digelar setahun sekali yaitu Festival Lembah Baliem atau Festival Budaya Lembah Baliem.

Festival yang sudah memasuki tahun ke-28 banyak didatangi para wisatawan dalam maupun luar negeri. Lalu, seperti apa keindahan Wamena?

Dilansir dari laman Galeri Indonesia Kaya dan Festival Lembah Baliem, Wamena merupakan sebuah kota kecil menarik yang terdapat di Lembah Baliem, Papua. Kondisi masyarakat yang sebenarnya sangat berbeda dengan masyarakat perkotaan pada umumnya membuat mereka menjadi terkesan “mata duitan”, padahal sebenarnya tidak.

Sektor pertanian dan pariwisata sebenarnya sudah menjadi pemasukan utama mereka, hanya saja belum terlalu bersinergi dengan program yang dibuat pemerintah. Mereka hanya membutuhkan perhatian lebih, mengingat kondisi alam yang cukup membuat mereka harus bertahan hidup cukup keras.

Wamena sebenarnya adalah kota distrik, bagian dari Kabupaten Jayawijaya. Namun beberapa tahun belakangan, kota ini menjadi Kabupaten dan membawahi sekitar tujuh distrik yang tersebar di seluruh wilayah Lembah Baliem dan kabarnya masih akan diperbanyak lagi.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Kondisi Alam Jadi Tantangan

Festival Lembah Baliem di Wamena (dok.Instagram @festivallembahbaliem/https://www.instagram.com/p/BzsNEkGh4KO/Henry)

Kondisi geografis Wamena sebenarnya cukup menantang karena berada di sebuah lembah besar yang dikelilingi perbukitan dan berada 1600 meter di atas permukaan laut. Udara disini cukup sejuk, namun bila siang hari panas terik pun tetap tidak dapat dihindari.

Kondisi alam seperti inilah yang menjadi tantangan tersendiri bagi warga Wamena dan sekitarnya. Hal ini dirasakan terutama dalam hal barang-barang kebutuhan sehari-hari yang cukup langka dan sulit ditemui. Bila ada pun, pasti harganya sangat mahal.

Namun, kemahalan Wamena bukanlah penghalang bagi para wisatawan untuk menikmati keindahan Lembah Baliem. Wamena yang berarti Babi Jinak dalam bahasa lokal ini pun memiliki pesona yang luar biasa bagi para wisatawan dalam maupun luar Indonesia.

Wamena dikenal unggul baik dalam kategori obyek wisata, tradisi, kesenian, maupun kuliner. Keunggulan ini sangatlah berbeda dan berharga, terutama bila dibandingkan wilayah Papua lainnya.

Hal utama yang tidak boleh terlewatkan saat berkunjung ke Wamena adalah menjadi saksi sebuah suku besar yang ada di Papua. Kehidupan suku Dani adalah sesuatu yang menarik untuk dipelajari dan disaksikan saat berkunjung ke Wamena. Mereka memiliki tarian dan tradisi perang yang sangat unik dan tidak akan pernah terlupakan sepanjang hidup.


Keindahan Alam Wamena

Jembatan Kuning Maima di Wamena. (dok.Instagram @wawansuroso/https://www.instagram.com/p/BvVqiwUlwnm/Henry)

Selain itu, Wamena memiliki keindahan tersendiri yang patut diacungi jempol. Indahnya sungai Baliem, bukit-bukit di sekitar lembah, keanehan pasir putih dan sumber air garam, gua terpanjang di dunia, bahkan berbagai flora dan fauna yang tidak ada di tempat lain akan menjadi beberapa menu khusus saat kita menikmati alam Lembah Baliem.

Salah satu kawasan wisata yang terkenal di Wamena adalah Wisata Alam Telaga Biru dan Jembatan Kuning Maima. Kawasan ini terletak di Distrik Maima atau berjarak sekitar 12 km ke sebelah arah Tenggara dari Kota Wamena. Telaga Biru ini berbentuk bulat, terbentuk secara alami dan airnya berwarna biru bening.

Sedangkan, Jembatan Kuning Maima adalah jembatan gantung modern yang terbuat dari Besi dan Kawat Tembaga, dibangun pada 1996 sebagai sarana transportasi penghubung yang digunakan oleh masyarakat di Distrik Maima untuk melakukan berbagai macam aktivitas.

Kuliner mereka pun tak kalah memikat, Salah satu makanan khas mereka adalah Udang Selingkuh yang tak dijumpai di tempat lain. Makanan ini adalah sejenis udang air tawar raksasa dengan capit sebesar kepiting. Bakal terasa lebih unik bila kita juga menelusuri perburuannya bersama penduduk lokal di Sungai Baliem.

Wamena masih menyimpan banyak lagi pesonanya. Kondisi harga-harga yang begitu mahal sebenarnya tidak akan sebanding bila kita ingat berbagai keunggulan alam dan tradisi yang dimiliki Wamena.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya