Liputan6.com, Aceh - Gelombang demo mahasiswa menolak Rancangan Undang-Undang (RUU) yang dinilai bermasalah juga muncul di Aceh. Terjadi aksi besar-besaran di tiga kabupaten/kota provinsi tersebut, Selasa (24/9/2019).
Ratusan mahasiswa Universitas Syah Kuala yang didominasi Fakultas Pertanian menduduki gedung dewan pada Selasa siang. Sebelumnya mahasiswa menggelar orasi di Simpang Lima Kota Banda Aceh.
"Aksi ini dilakukan oleh Keluarga Besar Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh," jelas salah seorang peserta aksi, Alfin, kepada Liputan6.com, Selasa jelang sore (24/9/2019).
Tampak di antara spanduk yang dipampang massa bertuliskan "Tolak RUU Pertanahan. Dan "Tolak Alih Fungsi Lahan dan Reforma Agraria Harga Mati."
Baca Juga
Advertisement
"Menolak Rencana Undang-undang (RUU) Pertanahan karena bisa melemahkan hak-hak petani di Indonesia. Termasuk juga pemerintah mengusut dengan tuntas siapa aktor kebakaran hutan dan lahan," tegas Alfin.
Sejatinya aksi ini digelar khusus untuk memperingati Hari Tani. Namun, isu yang dibawa pada dasarnya satu jalur dengan isu yang sedang digenjot oleh mahasiswa di nusantara.
Aspirasi yang sama kembali disuarakan ketika massa berada di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA). Demo mahasiswa mendesak dilahirkannya regulasi yang lebih aplikatif bagi petani.
Regulasi yang ada dinilai tidak populis. Terlebih lagi RUU pertanahan dianggap akan melemahkan dan mengurangi hak-hak petani kecil.
Selain itu, sejumlah regulasi yang saat ini tengah digodok oleh pusat disebut-sebut kontradiktif dengan keinginan rakyat. RUU tersebut hanya menguntungkan perusahaan-perusahaan pemilik modal, namun tidak bagi rakyat.
RUU dinilai bermasalah seperti Revisi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP), RUU Pertanahan, RUU Minerba, RUU Pemasyarakatan, dan RUU Ketenagakerjaan. Adapun pengesahan RKUHP sudah ditunda Presiden Jokowi karena muncul gelombang penolakan.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Gerakan Massa di Kota Lhokseumawe
Gerakan massa juga terlihat di Kota Lhokseumawe. Aliansi Mahasiswa Pasee (AMP) berunjuk rasa di depan gedung DPRK Lhokseumawe dengan membawa tuntutan senarai.
Massa beranjak dari Lapangan Iraq lalu long march menuju gedung DPRK. Massa awalnya menyemut di jalan, belakangan diberi izin masuk ke gedung dewan dengan pengawalan ketat aparat.
"Penanganan dampak kabut asap harus lebih maksimal. Kemudian hentikan upaya pelemahan KPK," teriak Koordinator Aksi, Arisky RM, dalam orasinya, Selas.
Hal lain yang diutarakan ialah ketidaksetujuan massa soal kedudukan TNI/Polri di dalam jabatan sipil. Terdapat juga desakan agar rezim mendatang tidak berupaya mengebiri demokrasi dengan melahirkan berbagai beleid kontroversial.
Aksi ditutup dengan menyodorkan petisi kepada pimpinan dewan. Selepas itu massa mengambil keputusan untuk melanjutkan aksi, kali ini bergerak ke gedung DPRK Aceh Utara yang notabene berjarak tak berjauhan.
Advertisement