Terkena Gas Air Mata, Bagaimana Cara Mengatasinya?

Secara umum, gas air mata memang biasa digunakan untuk mengontrol kerusuhan (riot control).

oleh Benedikta Desideria diperbarui 24 Sep 2019, 18:40 WIB
Mahasiswa berlarian saat polisi menembakkan gas air mata dalam demonstrasi menolak pengesahan RUU KUHP dan revisi UU KPK di depan Gedung DPR, Jakarta, Selasa (24/9/2019). Polisi menghalau mahasiswa yang berusaha masuk ke area Gedung DPR. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Gas air mata dan water canon digunakan oleh aparat untuk membubarkan mahasiswa yang berdemo di depan gedung DPR RI, Selasa (24/9/2019). Kedua alat tersebut digunakan oleh aparat untuk mendesak mahasiswa agar membubarkan diri.

Secara umum, gas air mata memang biasa digunakan untuk mengontrol kerusuhan (riot control). Ada tiga jenis gas air mata, yakni CN (2-chloroacetophenone), CS (o-chlorobenzylidene malonitrile) dan OC (oleoresin capsicum).

"Yang paling toksik di antara semua itu adalah CN diikuti CS dan OC," kata dokter spesialis mata konsultan Gitalisa Andayani.

Tiga macam gas air mata itu merupakan agen atau zat efektif untuk lakrimasi atau membuat mata menjadi berair. Gejala tersebut bisa timbul 20-60 detik setelah terpapar.

Gas air mata akan membuat mata mengalami blefarospasme yakni kondisi sakit atau perih pada mata sehingga orang yang terpapar sulit membuka mata, silau dan radang selaput lendir pada mata berwarna putih (konjungtivitis). Selain menyebabkan blefarospasme, gas air mata juga akan membuat mata menjadi bengkak serta berair.

"Umumnya gejala tidak berat, dan dapat reversibel. Namun, ada kasus-kasus (jarang terjadi) yang berat menyebabkan kondisi seperti perdarahan dalam bola mata, radang kornea, glaukoma, katarak, hingga kebutaan," tutur wanita yang berpraktik di Jakarta Eye Center ini.

 


Bilas dengan air

Bila terpapar gas air mata, cara terbaik adalah segera membilas atau irigasi mata dengan air. Bisa juga dengan cairan fisiologis seperti NaCl.

"Kalau dibiarkan (tidak dibilas), ada risiko gangguan mata lebih berat seperti infeksi kornea," katanya.

Bila masih ada kelainan pada mata pasien sebaiknya segera ke dokter spesialis mata untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan lanjutan.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya